REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, maka nilai tukar rupiah akan menguat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hal tersebut ditopang oleh beberapa hal.
"Rupiah akan menguat ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat," kata Perry dalam konferensi pers, Selasa (25/7/2023).
Selain itu juga akan menguat ditopang dari inflasi yang rendah dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik. Begitu juga dengan dampak positif dari implementasi PP 36 Tahun 2023 tentang DHE SDA.
Perry menegaskan, saat ini nilai tukar rupiah terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. "Nilai tukar rupiah secara year to date tercatat menguat 3,63 persen ptp dari level akhir Desember 2022," jelas Perry.
Dia menuturkan, nilai tukar rupiah tersebut lebih kuat dibandingkan apresiasi Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand yang masing-masing sebesar 1,78 persen, 1,11 persen, dan 0,42 persen.
Perry menyampaikan, persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menguat. "Ini tercermin pada peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat R&I, dari stabil menjadi positif dengan level rating tetap terjaga pada BBB+ (dua notch di atas level terendah investment grade)," jelas Perry.
Dia memastikan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Hal itu melalui triple intervention dan twist operation untuk memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.