REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta pemerintah kota setempat serius dalam pengelolaan sampah, sehingga tidak ada lagi penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
"Ada klaim bahwa sampah plastik menurun. Tapi di sisi lain, sampah organik naik berlipat. Harus segera dilakukan langkah terukur dalam pengelolaan sampah ini," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony dalam keterangannya di Surabaya, Rabu (26/7/2023).
Saat ini, setiap hari ada 1.600 ton sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Benowo, Surabaya. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya mengklaim ada penurunan sampah plastik hingga dua ton per hari.
Salah satunya karena diterapkannya aturan bebas kantung plastik di toko modern dan supermarket. Sementara dari total 1.600 ton sampah di TPA Benowo, sebanyak 60 persennya adalah sampah organik dan sisa-sisa makanan.
Melimpahnya sampah ini akan menjadi masalah serius jika sistem pengelolaannya manual, tidak maksimal, dan tidak up to date. Sehingga tidak heran jika masih ada penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
Hingga siang, papar dia, sampah di TPS tidak segera terangkut. Akibatnya, lingkungan dipertaruhkan karena kotor dan bau. Belum lagi masih ditemukan truk pengangkut sampah yang hanya ditutup terpal. Tidak kedap bau dan jorok melintas di sepanjang jalan hingga menuju TPA Benowo.
Menurut AH Thony, persoalan sampah yang seperti ini mestinya sudah selesai untuk ukuran Surabaya. Meskipun indeks kualitas lingkungan hidup dalam Laporan Pertanggungjawaban Wali Kota Surabaya 2022 dinyatakan baik. "Kenyataannya sampah masih menumpuk di TPA Benowo," ujarnya.
Ia mendesak agar pemkot segera mengkaji dengan serius pengelolaan sampah. Harus dilakukan evaluasi penyebab over supply sampah di kota ini.
Menurutnya, penumpukan sampah itu bukan fenomena biasa. Spirit mitigasi lingkungan harus dilakukan setiap saat. Tidak boleh hanya selesai pada tingkat seremoni publik.
Pimpinan DPRD ini mengingatkan Surabaya tidak boleh terjebak oleh zona nyaman dan merasa puas dengan penghargaan-penghargaan pusat atas capaian lingkungan di kota ini.
"Pemkot harus punya data yang konkrit akan pengelolaan sampah dan penumpukannya. Harus uptodate dan terpercaya berdasarkan hasil identifikasi yang faktual tentang sumber, jenis, volume sampah dengan detail," kata Thony.
Ia mendorong agar data detail sampah bisa diketahui mulai sampah itu milik siapa, di mana, hingga petugas dan DLH melakukan apa. Bahkan jenis sampah hingga jumlahnya berapa harus detail agar bisa diambil langkah untuk kemanfaatannya.
Ia menyinggung bahwa kerapkali sering melihat keberhasilan usaha seseorang itu hanya dari keuntungannya. Tidak memasukkan variabel biaya untuk penghancuran limbah dan sampahnya. "Kalau biaya penghancuran dan hasilnya tak sebanding harus dievaluasi," kata Thony.
Dia juga ingin memastikan pengelolaan sampah dengan mengembangkan pemberdayaan 600 bank sampah yang tersebar di seluruh pelosok kampung harus optimal. Sejauh ini, keberadaan bank-bank sampah tersebut mampu secara berkelanjutan terus menopang pengelolaan sampah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, pihaknya mencatat volume sampah yang masuk ke TPA Benowo mencapai 1.600 ton per hari dan didominasi oleh jenis organik.
Dikatakan, persentase sampah organik mencapai 60 persen lebih banyak ketimbang jenis anorganik. "Sisanya itu ada pengurangan sampah di tempat pembuangan sementara oleh pemulung, bank sampah, dan sebagainya," ungkap dia
Hebi menyebut, total volume sampah pada 2023 mengalami kenaikan ketimbang 2022 yang sebesar 1.590 ton.
Kenaikan itu dikarenakan laju perekonomian masyarakat yang saat ini sudah cenderung normal setelah melandainya pandemi Covid-19 sehingga mobilisasi masyarakat ke Kota Surabaya kembali meningkat.
Melihat pada kondisi yang ada, Hebi mengimbau kepada seluruh masyarakat agar bijak saat melakukan belanja bahan kebutuhan dapur, sehingga jumlah volume harian sampah yang mayoritas ditimbulkan bahan organik bisa ditekan.