REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi melemah pada hari ini, Jumat (28/7/2023). Keputusan bank sentral Eropa menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen memberi tekanan kepada pasar saham.
Tekanan bertambah setelah bank sentral menyebut masih ada peluang mengerek suku bunga. Bank sentral Eropa akan tetap terbuka untuk menaikkan tingkat suku bunga pada September mendatang dan dalam pertemuan berikutnya.
Pada perdagangan pagi ini, IHSG kembali melanjutkan penurunannya. IHSG sempat dibuka menguat tipis namun langsung jatuh ke zona merah dan melemah ke level 6.873,90 setelah ditutup melemah sebesar 0,74 persen di level 6.896,66.
"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance 6.870-6.961. Potensi penguatan tetap terbuka, hanya saja volatilitas akan bertambah," jelas Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Jumat (28/7/2023).
Pelemahan IHSG sejalan dengan pergerakan mayoritas indeks di Asia. Indeks Nikkei dan Hang Seng turun signifikan hingga lebih dari satu persen di awal perdagangan. Kemudian indeks Shanghai Composite melemah 0,27 persen.
Di AS, saham utama Wall Street juga berakhir terkoreksi semalam.
Indeks Dow Jones Industrial Average pun menutup perdagangan semalam dengan turun 237,4 poin atau melemah 0,67 persen. Sedangkan indeks S&P 500 kehilangan 29,29 poin, atau terkoreksi 0,64 persen dan indeks Nasdaq melemah 77,18 poin, atau 0,55 persen.
Nico tidak begitu yakin, Bank sentral Eropa akan kembali menaikkan tingkat suku bunga sebanyak satu kali lagi, karena perekonomian di Eropa kian berada di posisi yang sulit. Dampak dari kenaikkan tingkat suku bunga mulai dirasakan, apalagi permintaan kredit juga mengalami penurunan di Eropa.
Gubernur bank sentral Eropa Christine Lagarde menyampaikan prospek ekonomi secara jangka pendek mulai memburuk, karena melemahnya permintaan domestik. Namun, seiring waktu berjalan, penurunan inflasi akan mulai meningkatkan pendapatan dan kondisi pasokan akan kembali membaik dan mendukung pemulihan.
Saat ini beberapa bank sentral, seperti Australia dan Inggris, masih berpeluang untuk menaikkan tingkat suku bunga. Apalagi Inggris ingin mencapai target kenaikkan tingkat suku bunga hingga 6 persen-6,5 persen.