REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok menyebut hampir semua kasus stunting di wilayahnya terjadi pada bayi atau balita dalam lingkungan perokok. Temuan ini terungkap dalam audit kasus stunting pada 2022 di daerah penyangga ibu kota tersebut.
"Audit 2022 yang setahu saya hampir semua keluarga yang diaudit kasus stunting itu merokok. Ini kan salah satu faktornya di samping faktor-faktor lain," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati kepada Republika.co.id, Sabtu (29/7/2023).
Menurut Mary, rokok memiliki kandungan atau bahan-bahan yang berbahaya dan berdampak buruk terhadap ibu hamil dan tumbuh kembang anak. "Sehingga ya itulah yang tidak disadari atau masih diabaikan oleh masyarakat kita," katanya.
Menanggapi temuan ini, Dinkes Depok disebutnya terus memperbanyak Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan edukasi kepada masyarakat soal bahaya rokok. Saat ini, hampir di semua wilayah di Depok telah memiliki KTR yang kepatuhan untuk menegakkan area bebas rokoknya terus dibina.
"Kita sudah ada surat edaran dari pak wali untuk membentuk satgas KTR. Masing-masing perangkat daerah turun melakukan pembinaan. Untuk yang masih belum patuh kita berikan edukasi agar kepatuhannya meningkat," ujarnya.
Dia juga mengklaim kasus stunting di Kota Depok terus turun tiap tahunnya. Pada bulan penimbangan terakhir, atau Februari tahun ini, tercatat ada 3576 kasus stunting di Depok. Kondisi ini berarti ada penurunan kasus dari tahun lalu dengan 3637 kasus.
Pemkot juga disebutnya menargetkan zero new stunting atau ketiadaan kasus stunting baru pada tahun 2024. Hal ini diklaimnya bisa terjadi dengan beberapa upaya yang dilakukan Pemkot.
"Pemerintah kota konsen untuk percepatan penurunan stunting menuju zero new stunting. Jadi dari mulai hulunya, dari para remaja putri disiapkan dengan baik. Untuk menjaga kondisi dari anemia atau kurang zat besi yang sudah jadi program Kementerian," ujarnya.