REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD — Serangan bom bunuh diri pada rapat umum Politik di Pakistan pada Ahad (30/7/2023) telah menyebabkan 45 orang meninggal dunia. Baru-baru ini, ISIS menyatakan bertanggungjawab atas serangan bom bunuh diri tersebut.
“Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri pada rapat umum politik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan pada Minggu,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di akun Telegramnya, dilansir dari Alarabiya, Senin (31/7/2023).
Menurut seorang pejabat senior departemen kontra-terorisme, Shaukat Abbas, hampir setengah dari korban adalah anak-anak, dengan rincian sebanyak 23 korban berusia di bawah 18 tahun. Wakil komisaris distrik, Anwar ul Haq, membenarkan jumlah korban tersebut.
Pelaku menyerang pertemuan partai konservatif Jamiat Ulema Islam-Fazl (JUI-F), yang bersekutu dengan pemerintah dan dikenal karena hubungannya dengan Islamis garis keras, di Distrik Bajaur. Distrik Bajur dekat perbatasan Afghanistan adalah kubu Taliban Pakistan, sekutu dekat pemerintah Taliban Afghanistan.
Taliban Pakistan (TTP) mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke The Associated Press, bahwa pemboman itu ditujukan untuk membuat kedua kelompok itu saling berhadapan.
Juru bicara Taliban Afghanistan, Zabiullah Mujahid, mengatakan di platform media sosial X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa kejahatan semacam itu tidak dapat dibenarkan dengan cara apa pun.
Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko
Perebutan kekuasaan Taliban Afghanistan di Afghanistan pada pertengahan Agustus 2021 memperkuat TTP. Mereka secara sepihak mengakhiri perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah Pakistan pada November, dan meningkatkan serangan di seluruh negeri.
Pengeboman itu terjadi beberapa jam sebelum kedatangan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng di Islamabad, di mana dia akan berpartisipasi dalam sebuah acara untuk menandai satu dekade Koridor Ekonomi China-Pakistan, atau CPEC, paket luas di mana Beijing telah menginvestasikan miliaran dolar di Pakistan.
Perdana Menteri Sharif dan Presiden Arif Alvi mengutuk serangan itu dan meminta para pejabat untuk memberikan semua bantuan yang mungkin kepada keluarga yang terluka dan berduka.
Sharif kemudian, dalam panggilan telepon ke Rehman, Ketua JUI, menyampaikan belasungkawa kepadanya dan meyakinkannya bahwa mereka yang mendalangi penyerangan akan dihukum.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Islamabad juga mengutuk serangan itu. Dalam sebuah postingan di platform media sosial X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, pihaknya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari para korban yang tewas dalam serangan itu.
Sumber: alarabiya