Ahad 06 Aug 2023 12:55 WIB

Strategi Dialog Nabi SAW: Memperhatikan Nilai Budaya dan Lingkungan

Nabi Muhammad membangun kekuatan komunitas dan jaringan dalam dakwah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Infografis Tuntunan Nabi Muhammad Ketika Bertemu Anak Kecil
Foto: Republika.co.id
Infografis Tuntunan Nabi Muhammad Ketika Bertemu Anak Kecil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW sangat mengenal dengan baik siapa mitra bicaranya, baik berdasarkan personal, keluarga, maupun suku. Bahkan Nabi SAW juga mengetahui betul karakteristik geografis kota dan negara mereka berasal.

Rasulullah SAW juga mengetahui dan memahami kebiasaan dan budaya mereka. Saat berunding dan berdialog, Nabi SAW menjadikan apa yang diketahuinya sebagai pertimbangan. Saat berdakwah, beliau senantiasa memperhatikan nilai-nilai budaya dan lingkungan setempat.

Baca Juga

Dalam buku Mentari Kasih Sayang Rasulullah SAW yang Meluluhkan Kebekuan Hati karya Dr Rasyid Haylamaz, disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat mengetahui sejarah, tokoh legendaris, dan karakteristik geografis tempat tinggal mereka.

Termasuk juga mengetahui kehidupan keseharian mereka, tatanan hidup, dan bahkan urusan harian. Selain itu beliau juga mengetahui bahasa mereka dengan baik, baik dari segi dialek maupun aksennya.

Haylamaz menjelaskan, Rasulullah SAW sering kali berkomunikasi sesuai dengan bahasa dan dialek mitra dialognya. Kecakapan ini menyebabkan para sahabatnya terheran-heran.

Terkadang para sahabat mengungkapkan keheranannya ketika Rasulullah SAW menggunakan dialek lain dan menanyakan kepada beliau tentang makna yang mereka tidak ketahui.

Ternyata memang, saat berkomunikasi dengan komunitas masyarakat tertentu, dialek yang digunakan Rasulullah SAW bukanlah dialek negeri setempat dan sekitarnya. Bahkan berbeda dengan dialek Quraisy.

Misalnya, ketika Nabi Muhammad SAW berdialog dengan sebagian masyarakat Yaman. Sebagian kabilah Yaman menggunakan "am" ketika ingin melafalkan "al". Hal ini seperti dikisahkan dalam Musnad Imam Ahmad, Shahih Bukhari bab Shaum, dan Musnad Imam Syafi'i.

Saat itu salah seorang di antara mereka mendatangi Rasulullah SAW lalu bertanya:

أمن امبر امصيام في امسفر

"Apakah termasuk kebaikan (jika) melaksanakan puasa saat safar (dalam sebuah perjalanan)?"

Kemudian dibalas oleh Nabi SAW dengan dialek sama, yaitu:

لَيْسَ مِنَ امبر امصيام فِى امسفر

"Bukanlah termasuk kebaikan, berpuasa ketika dalam safar."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement