Senin 07 Aug 2023 13:42 WIB

Presiden Marcos Jr Tegaskan Kedaulatan Filipina di Laut Cina Selatan

Filipina dan Cina memiliki sejarah panjang sengketa maritim di Laut Cina Selatan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Peta klaim Laut Cina Selatan
Foto: Wikipedia
Peta klaim Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID,  MANILA -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan negaranya akan terus menegaskan kedaulatan dan hak-hak teritorialnya di Laut Cina Selatan. Pada Senin (7/8/2023) Marcos menambahkan ia mengakui akan ada tantangan dalam hal itu.

Pada Ahad (6/8/2023) kemarin Penjaga Pantai Filipina yang mengawal kapal-kapal pasokan makanan, air, bahan bakar, dan pasokan lainnya untuk personil militer Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal di Kepulauan Spratly mengatakan penjaga pantai Cina melepaskan tembakan meriam air ke arah mereka.

Baca Juga

Peristiwa Sabtu itu merupakan insiden pertama sejak November 2021 ketika pasukan penjaga pantai Cina menggunakan meriam air ke misi pengiriman pasokan Filipina ke Second Thomas Shoal.

"Pasukan Penjaga Pantai Filipina (Philippine Coast Guard - PCG) mengutuk keras manuver berbahaya dan penggunaan meriam air  ilegal Pasukan Penjaga Pantai Cina (China Coast Guard - CCG) terhadap kapal-kapal PCG," kata Pasukan Penjaga Pantai Filipina dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari France 24.

"Tindakan CCG tersebut tidak hanya mengabaikan keselamatan kru PCG dan kapal-kapal suplai, tetapi juga melanggar hukum internasional," tambah PCG.

Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan penjaga pantai Cina "memblokir dan menembakan meriam air" ke salah satu kapal suplai yang disewa militer Filipina. Juru bicara militer Filipina Kolonel Medel Aguilar mengatakan karena tindakan "berlebihan dan ofensif" itu, kapal sewaan kedua tidak dapat membongkar muatannya untuk rotasi pasukan dan operasi pasokan ulang.

"Kami meminta Pasukan Penjaga Pantai Cina dan Komisi Militer Pusat untuk berhati-hati dan bertanggung jawab dalam tindakan mereka untuk mencegah kesalahan perhitungan dan kecelakaan yang akan membahayakan nyawa masyarakat," kata Aguilar.

Kedutaan Besar Cina di Manila belum menanggapi permintaan komentar. Manila dan Beijing memiliki sejarah panjang dalam sengketa maritim di Laut Cina Selatan, terutama di perairan sekitar Second Thomas Shoal.

Setelah Cina menduduki Mischief Reef pada pertengahan tahun 1990-an, Filipina menenggelamkan sebuah kapal angkatan lautnya di beting di dekatnya untuk menegaskan klaim teritorial Manila di perairan itu. Anggota marinir Filipina bermarkas di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement