REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Seorang pengusaha Taiwan dan putranya telah didakwa merekrut dua tentara yang diduga membantu mereka mengumpulkan informasi rahasia untuk Cina. Setelah pindah ke provinsi Fujian, tenggara Cina pada 2015 untuk melakukan bisnis, pria yang diidentifikasi dengan nama belakangnya Huang, dan putranya dibujuk oleh dua pejabat Cina untuk mengumpulkan dokumen rahasia pertahanan nasional.
"Keduanya bermaksud untuk membahayakan keamanan nasional, dan bersama-sama mengembangkan jaringan di Taiwan untuk memikat dan merekrut prajurit aktif," kata pernyataan jaksa, dilaporkan Al Arabiya, Selasa (8/8/2023).
Huang dan putranya didakwa melanggar undang-undang keamanan nasional dan undang-undang perlindungan rahasia negara. Sementara tentara yang direkrutnya didakwa melanggar KUHP Angkatan Bersenjata dan korupsi.
Huang dan putranya merekrut dua tentara yang bekerja untuk pertahanan udara dan divisi rudal angkatan udara. Ayah dan anak itu meminta mereka untuk menandatangani surat untuk berjanji setia ke Beijing serta mengatur agar mereka bertemu dengan pejabat Cina di luar negeri.
Kemudian bersama-sama mereka mengumpulkan delapan item tentang latihan Han Kuang atau latihan perang tahunan terbesar Taiwan yang berlangsung dua minggu lalu. Mereka juga mengumpulkan dokumen militer rahasia lainnya untuk diserahkan kepada pejabat Cina secara langsung atau melalui telepon genggam.
Cina mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Cina telah meningkatkan tekanan militer dan politik di Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua belah pihak telah saling memata-matai sejak berakhirnya perang saudara antara nasionalis Cina dan komunis pada 1949.
Kasus Huang terjadi setelah Kementerian Pertahanan Taiwan berjanji untuk meningkatkan upaya anti-spionase, menyusul penahanan seorang letnan kolonel angkatan darat yang diduga mengumpulkan intelijen untuk Beijing.
Sejumlah mantan pejabat tinggi militer Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dituduh menjadi mata-mata untuk Beijing. Pada Maret, pensiunan laksamana angkatan laut dan mantan anggota parlemen didakwa atas dugaan upaya membangun jaringan mata-mata untuk Cina.