Rabu 09 Aug 2023 19:00 WIB

Erdogan: Perlu Lebih Banyak Upaya Perangi Islamofobia

Erdogan sebut Islamofobia sudah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan perlu melakukan lebih banyak upaya untuk memerangi Islamofobia, yang telah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi
Foto: EPA-EFE/TOMS KALNINS
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan perlu melakukan lebih banyak upaya untuk memerangi Islamofobia, yang telah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan posisi untuk terus melanjutkan perjuangannya melawan Islamofobia. Dia menyoroti tindakan provokatif baru-baru ini dan pembakaran salinan Alquran di beberapa negara Barat.

"Kita perlu melakukan lebih banyak upaya untuk memerangi Islamofobia, yang telah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi di beberapa negara Eropa dalam beberapa pekan terakhir," ujar Erdogan dikutip dari Anadolu Agency.

Baca Juga

Tokoh atau kelompok Islamofobia telah berulang kali melakukan pembakaran Alquran dan upaya penodaan serupa di Eropa Utara dalam beberapa bulan terakhir. Tindakan itu pun memicu kemarahan dari negara-negara Muslim dan dunia, termasuk Turki.

"Ini adalah tugas utama kita semua sebagai orang Turki dan Muslim untuk mencegah serangan terhadap Alquran dan untuk memastikan bahwa para pelaku kejahatan rasial ini dihukum dengan cara yang pantas mereka terima," ujar Erdogan.

Erdogan mengklaim, Ankara merupakan salah satu wilayah yang memberikan respon keras atas segala tindakan yang melecehkan agama Islam. “Faktanya, kami menjadi salah satu negara yang memberikan respons terkuat dan paling efektif terhadap barbarisme ini, yang semakin sembrono dari hari ke hari,” katanya.

Selain itu, menurut Erdogan, Turki juga berusaha untuk memobilisasi semua organisasi internasional yang menjadi anggotanya dalam hal ini. "Turki akan memenuhi tanggung jawabnya untuk merintis perjuangan ini, seperti yang telah dilakukan selama berabad-abad," ujar presiden Turki itu.

Banyak negara memberikan ancaman terhadap Swedia dan Denmark yang berkali-kali meloloskan izin unjuk rasa dengan pembakaran atau perobekan Alquran. Bahkan alinasi Barat pun telah menaruh perhatian atas peristiwa tersebut.

Salah satunya adalah Uni Eropa (UE) yang melakukan pembicaraan dengan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) perihal meningkatkan toleransi dan saling menghormati. Juru bicara urusan luar negeri UE Peter Stano menyatakan, tindakan itu bukan kebijakan UE.

"Tindakan tidak bertanggung jawab dari individu yang tidak bertanggung jawab yang tertarik untuk menyebarkan perselisihan dan masalah, dan memecah belah kita sebagai komunitas," ujar Stano.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement