REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan, varian SARS-CoV-2 baru, yakni EG.5, kini menyumbang proporsi kasus Covid-19 terbanyak di Amerika Serikat (AS). Selama dua periode dua pekan yang berakhir pada Sabtu (5/8/2023), EG.5 menghasilkan sekitar 17,3 persen dari kasus baru secara nasional.
Dikutip dari NBC News, Kamis (10/8/2023), beberapa pakar kesehatan di media sosial menjuluki varian tersebut sebagai "Eris". Kasusnya naik dari hanya di bawah 12 persen selama periode dua pekan sebelumnya, dan kurang dari satu persen pada akhir bulan Mei.
EG.5, seperti strain lain yang mendominasi di AS selama lebih dari setahun terakhir, adalah subvarian dari omicron. Lebih tepatnya, itu dianggap sebagai keturunan dari garis keturunan XBB dari SARS-CoV.
Setelah EG.5, subvarian paling umum berikutnya, ialah XBB. 1.16 yang menyumbang lebih dari 15 persen kasus baru. Sementara itu, XBB.2.23 menghasilkan kasus sekitar 11 persen.
Secara global, Eris menyumbang 11,6 persen dari kasus mingguan pada pertengahan Juli, naik dari 6,2 persen empat pekan sebelumnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Eris telah masuk dalam kategori varian yang diawasi alias variant under monitoring, yang merupakan varian selangkah di bawah variant of interest dan variant of concern.
Penyebaran EG.5 terjadi saat AS mencatat peningkatan rawat inap pertamanya tahun ini. Lebih dari 9.000 orang dirawat di rumah sakit karena Covid pada pekan terakhir bulan Juli, naik dari sekitar 6.300 pada akhir Juni.
Sementara itu, Inggris Raya (UK) mulai memantau EG.5.1--keturunan dalam lingkup EG.5 yang lebih besar—pada bulan Juli, menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris Raya. Pada 20 Juli, varian tersebut merupakan 14,5 persen kasus di sana.
Namun, tiga ahli mengatakan belum ada bukti bahwa EG.5 bertanggung jawab atas peningkatan rawat inap. Selain itu, menurut mereka, tingkat rawat inap musim panas ini masih relatif rendah, dan jauh di bawah puncak Desember 2022 dengan lebih dari 44.000 rawat inap mingguan akibat Covid-19.
Dan Barouch, direktur Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, mengatakan tidak ada bukti bahwa infeksi EG.5 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada subvarian omicron lainnya. Namun, EG.5 kemungkinan telah berevolusi menjadi lebih menular daripada pendahulunya, sebagaimana dibuktikan oleh prevalensinya.
Barouch mengindikasikan kekebalan yang meluas dari kombinasi vaksinasi dan infeksi masa lalu akan membuat kebanyakan orang aman dari penyakit parah. Dia memprediksi tidak akan ada peningkatan dramatis dalam penyakit parah karena ada perlindungan dari dinding imunitas masyarakat.
"Dengan EG.5 dan kemungkinan varian masa depan yang akan datang selama musim panas, musim gugur ini, musim dingin ini, AS kemungkinan akan melihat peningkatan jumlah infeksi dan kasus," kata Barouch.