REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Yandri Susanto optimistis dengan koalisi pengusung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres). Empat partai politik parlemen yang berada di koalisi tersebut tentu menjadi modal penting untuk meraih kemenangan pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Ia juga yakin, koalisi 'gemuk' pengusung Prabowo tak akan bernasib sama dengan Pilpres 2014. Saat itu, koalisi besar yang mengusung Prabowo-Hatta Rajasa justru kalah dari pasangan Jokowi-Muhammad Jusuf Kalla.
"Bahwa ada pihak lain yang mengatakan tidak menang itu sesuatu yang menurut kami biasa-biasa saja karena pasti ada yang pro kontra. Jadi bagi kami tidak akan mengurangi keyakinan kami untuk menang," ujar Yandri di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Prabowo pada Pilpres 2024, jelas Yandri, adalah sosok yang berbeda pada kontestasi nasional 2014 dan 2019. Kini, modal Prabowo semakin kuat setelah dirinya masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Di samping itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kini menjadi bagian dari koalisi pengusung Prabowo. Sebab, ia mengakui bahwa partai yang dipimpin Abdul Muhaimin Iskandar itu mempunyai peran penting dalam memenangkan Jokowi pada 2014 dan 2019.
"Sekarang Pak Jokowi kan tidak maju, tinggal Pak Prabowo kan, yang paling top dan paling populer zekarang dan paling tinggi surveinya. Jadi dari hitung-hitungan kami, memang ya sekarang saatnya Pak Prabowo yang menang," ujar Yandri.
Berdasarkan hasil pemilihan umum (Pemilu) 2019, PDIP mengantongi suara nasional sebanyak 19,33 persen. Sedangkan rekan di koalisinya, PPP (4,52 persen), Partai Hanura (1,54 persen), dan Partai Perindo (2,07 persen). Total suara koalisi pengusung Ganjar sebesar 27,46 persen.
Sedangkan pengusung Prabowo, Partai Gerindra (12,57 persen), Partai Golkar (12,31 persen), PKB (9,69 persen), dan PAN (6,84 persen). Serta satu partai politik di luar parlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB) sebesar 0,79 persen. Total suara dari koalisi Prabowo sebesar 42,2 persen.
"Pro kontra, positif-negatif itu biasa. Tinggal masing-masing koalisi itu menampilkan yang terbaik di depan rakyat, jangan saling menghina," ujar Yandri.
"Jangan saling mendegradasikan. Saya kira nggak apa-apa, itu bagian dari lecutan bagi kami untuk terus melakukan konsolidasi supaya menang," sambung Wakil Ketua MPR itu.