REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Burger King saat ini memutuskan tak lagi menyertakan tomat pada produk wrap dan burgernya. Kebijakan ini khususnya dilakukan di outlet-outlet di India menyusul mahalnya harga tomat yang menimbulkan inflasi akibat makanan di negeri tersebut.
‘’Bahkan tomat butuh libur. Kami tak bisa menambahkan tomat pada produk makanan kami,’’ demikian pengumuman yang ditempel di outlet-outlet Burger King India seperti dilansir Reuters, Kamis (17/8/2023). Burger King merupakan salah satu yang terbesar di India dengan hampir 400 outlet.
Mereka mengikuti jejak banyak outlet McDonald's dan Subway yang menghilangkan tomat dari menu. Langkah tersebut diambil seiring inflasi makanan di India yang pekan ini mencapai rekor tertingginya sejak Januari 2020.
Bahkan mereka membatalkan tambahan tiga irisan keju gratis pada produk sandwich yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Sementara, Domino mencoba menurunkan harga untuk konsumen yang dilanda kesulitan saat ini, yakni piz seharga 0,60 dolar AS. Termurah di dunia.
Krisis pasokan tomat berhubungan dengan melambungnya harga hingga 450 persen. Penyebabnya, hujan yang turun deras dan intens menyebabkan panen terhenti dan rantai pasok pun akhirnya terganggu meski berangsur pulih.
‘’Mengapa tak ada tomat di burgerku?’’ sebuah pertanyaan terlihat di laman resmi Burger King India. Terdapat jawaban atas pertanyaan di laman yang sama,’’Kami mengikuti standar mutu yang sangat tinggi dan tomat akan segera kembali.’’
Burger King India, melanjutkan,’’Kami mengharapan kesabaran dan pengertian Anda semua.’’Restaurant Brands Asia yang merupakan operator Burger King di India, tak memberikan respons atas permintaan tanggapan mengenai burger yang tak ada lagi tomat di dalamnya.
Kesulitan mendapatkan tomat menyebar di mana inflasi ritel pada Juli yang dirilis pekan ini menunjukkan harga sayuran naik sebesar 37 persen dalam setahun ini. Harga bahan pokok dari bawang putih, bawang merah, hingga jahe semua naik.
‘’Jika harga-harga tetap tinggi, maka restoran akan menaikkan harga untuk konsumen,’’ kata Amnish Aggarwal, kepala riset di Prabhudas Lilladher, India. ‘’Kalau kondisinya memang begitu maka tak ada alternatif lain.’’
Inflasi ini, selain menekan margin keuntungan para peritel asing yang beroperasi di India hampir sebesar 5 miliar dolar AS untuk pasar restoran makanana cepat saji, juga tantangan bagi Perdana Menteri Narendra Modi yang menghadapi pemilu pada tahun depan.
Untuk mengatasi krisis pasokan sayuran ini, India mulai mengimpor tomat dari Nepal. Mereka juga menggunakan van untuk mendistribusikan bahan pokok dengan harga murah di seluruh negeri. Unggahan di media sosial terlihat antrean panjang pembeli.