REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang menyiapkan solusi jangka pendek guna mengantisipasi krisis air bersih di Dusun Kebontaman, Desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.
Upaya tersebut bakal segera dilakukan Pemkab semarang untuk membantu mengatasi persoalan krisis air bersih, yang selalu dihadapi oleh 440 kepala keluarga (KK) warga pada saat musim kemarau berlangsung.
Terlebih pada musim kemarau seperti sekarang ini sumur-sumur warga telah hampir empat bulan mengering dan di kawasan dusun Kebontaman ini tidak ada sumber air bersih untuk menopang kebutuhan warga.
“Saat ini, warga Dusun Kebontaman membutuhkan sedikitnya 10 tangki air bersih tiap pekan,” kata Bupati Semarang, H ngesti Nugraha, saat meninjau pelaksanaan penyaluran bantuan air bersih, di Dusun Kebontaman, Desa Kalikayen, Senin (21/8) sore.
Ngesti mengungkapkan, sampai dengan saat ini di Kabupaten Semarang ada sekitar Sembilan desa yang terdampak krisis air bersih aibat musim kemarau tahun ini dan salah satnya di Desa Kalikayen ini.
Kemudian juga di wilayah Desa Kebondalem (Kecamatan Jambu), Desa Tajuk (kecamatan Getasan), Desa Rembes, Desa Gogodalem dan Desa Sambirejo (Kecamatan Bringin), Desa Kemitir (Kecamatan Sumowono) serta beberapa desa yang lain.
Artinya, dengan musim kemarau yang cukup panjang ini, ada beberapa desa yang kekurangan air bersih. “Salah satunya di Dusun Kebontaman, Desa Kalikayen ini yang jumlahnya mencapai ratusan warga,” jelasnya.
Hari ini, BPBD Provinsi Jawa Tengah menyalurkan bantuan satu tangki air bersih dan juga BPBD Kabupaten Semarang menyalurkan bantuan dua tangki air bersih di wilayah Dusun Kebontaman.
Selain itu, Pemkab Semarang juga akan mengerahkan bantuan air bersih dari partisipasi pihak lain, mengingat kebutuhan air bersih warga di Dusun Kebontaman ini cukup banyak akibat tidak adanya sumber air di lingkungan mereka.
Pola gotong-royong bersama-sama saling membantu akan dioptimalkan, demikian pula warga juga harus menyadari jangan berebut, bantuan air bersih ini dibagi dengan adil dan diatur dengan baik oleh perangkat desa masing-masing.
Dalam mengatasi persoalan yang selalu dihadapi oleh warga Kebontaman ini, Pemkab Semarang akan mencukupi kebutuhan air bersih harian warga. “Tetapi penggunaan air juga harus efisien, karena sumur bor juga tidak keluar air dan sumber mata airnya juga sulit,” katanya.
Salah satu alternatif jangka menengah dan jangka panjangnya adalah upaya memanfaatkan air sungai Gede, yang berjarak 1,5 kilometer dari Dusun Kebontaman walaupun kebutuhan anggaran yang cukup besar.
“Namun kita akan upayakan bersama- sama dengan pemerintah provinsi, pemkab dan juga pemerintah desa Kalikayen ini, untuk mewujudkan solusi tersebut agar problem air bersih setiap musim kemarau ini teratasi,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut bupati, yang ditangani adalah jangka pendeknya terlebih dahulu sambal nanti mempersiapkan dan solusi jangka panjang, yang salah satunya adalah menniapkan infrasruktur pendukung air bersaih di dusun ini.
Sementara untuk problem yang sama di desa lain juga akan dipetakan sesuai dengan prioritas kebutuhannya. Karena di samping bantuan pemerintah daerah nanti juga ada bantuan dari provinsi dan bantuan pihak ketiga (swasta) melalui program CSR-nya,” jelas Ngesti.
Salah seorang warga RT 05/ RW 04 Dusun Kebontaman, Desa Kalikayen, Muntamah (52) mengungkapkan, krisis air bersih sudah di alaminya sejak empat bulan lalu. Karena di lingkungan dusunnya tidak ada sumber air bersih.
Menurutnya, satu- satunya air yang masih tersedia adalah dari aliran sungai Gede yang debitnya juga jauh berkurang dan kualitas airnya juga sudah menurun. Selain itu jaraknya juga mencapai 1,5 kilometer dari Dusun Kebontaman.
Sehingga air sungai tersebut haya bisa dimanfaatkan untuk mencuci pakaian dan tidak bisa untuk memasak atau dimasak untuk air minum kebutuhan sehari- hari. Kondisi ini, sangat menyulitkan warga.
“Makanya, selama beberapa bulan ini, warga Dusun kebontaman hanya mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah daerah,” lanjut Muntamah.