REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kota Jakarta dan Yogyakarta saat ini tengah menghadapi persoalan lingkungan yang terkait dengan polusi udara dan kegawatdaruratan pengelolaan sampah. Jakarta beberapa waktu belakangan ini ditetapkan dalam kondisi polusi udara terburuk di dunia, sedangkan Yogyakarta menghadapi persoalan sampah yang menumpuk buntut penutupan TPA Piyungan karena kelebihan kapasitas. Meskipun demikian, masyarakat diminta untuk tidak membakar sampah karena menyebabkan polusi udara, risiko penyakit gangguan pernapasan, bahkan memicu penyakit kanker.
Peneliti pengelolaan sampah terintegrasi dari Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, Wiratni, mengatakan mengatakan persoalan darurat sampah yang melanda DIY disebabkan karena daya tampung TPA Piyungan yang melebihi kapasitas. Seperti diketahui volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2013 jumlah sampah yang masuk mencapai 397 ton setiap harinya dan pada tahun 2023 ini sudah hampir mencapai 800 ton per hari. Menurutnya untuk mengurangi beban TPA Piyungan, sudah saatnya sampah dikelola secara mandiri di tingkat desa hingga tingkat rumah tangga masing-masing.
"Sampah itu bisa dikelola secara mandiri dan skala kecil bisa menghasilkan uang," katanya dalam Diskusi Pojok Bulaksumur yang bertajuk 'Awas Sampah dan Udara Tak Sehat Mengancam' di Selasar Barat Gedung Pusat UGM, Senin (21/8/2023).