Kamis 24 Aug 2023 20:18 WIB

Pandemi dan Inflasi Membuat 68 Juta Orang di Asia Jatuh ke Dalam Kemiskinan Ekstrem

Menurut ADB 155,2 juta orang di negara berkembang Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Pandega/Republika
Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia mengungkapkan, pandemi virus corona dan kenaikan biaya hidup telah mendorong hampir 68 juta orang di negara berkembang Asia jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem sejak tahun lalu. ADB mengatakan kondisi itu telah mengikis upaya-upaya berbagai negara untuk memerangi kemiskinan.

Dalam sebuah laporan baru yang dirilis pada hari Kamis (24/8/2023), ADB mengatakan sekitar 155,2 juta orang di negara berkembang Asia, atau 3,9 persen dari populasi di kawasan ini, hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun lalu. 

Baca Juga

Lebih kurang 67,8 juta orang yang alami kemiskinan, lebih banyak dari yang seharusnya terjadi jika tidak ada krisis kesehatan dan biaya hidup. Di negara Asia dengan ekonomi berkembang terdiri dari 46 negara, termasuk di Asia Pasifik, namun tidak termasuk Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

"Asia dan Pasifik terus pulih dari pandemi Covid-19, tetapi meningkatnya krisis biaya hidup menghambat kemajuan dalam upaya pengentasan kemiskinan," ujar Kepala Ekonom ADB Albert Park.

Kemiskinan ekstrem didefinisikan sebagai hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS per hari, berdasarkan data tahun 2017. Sementara, angka inflasi di sebagian besar negara telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi dan lonjakan gangguan rantai pasokan.

Kenaikan harga mempengaruhi semua orang, tetapi masyarakat miskin terkena dampak paling parah karena mereka harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk makanan dan bahan bakar. Sehingga kondisi itu menyulitkan mereka untuk menabung dan membayar kebutuhan pokok termasuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan.

"Dengan memperkuat jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan mendorong investasi dan inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, pemerintah di kawasan ini dapat kembali ke jalur yang benar," ujar Park.

Negara-negara berkembang di Asia berada di jalur yang tepat untuk tumbuh 4,8 persen tahun ini dari tahun sebelumnya, lebih cepat daripada ekspansi 4,2 persen tahun sebelumnya, demikian ungkap ADB di bulan Juli.

Namun, meskipun perekonomian di negara-negara berkembang Asia diperkirakan akan membuat kemajuan dalam mengatasi kemiskinan. Namun ADB mengatakan bahwa 30,3 persen populasi di kawasan ini, atau sekitar 1,26 miliar orang, masih akan dianggap rentan secara ekonomi pada tahun 2030.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement