Selasa 29 Aug 2023 06:25 WIB

Jepang Panggil Dubes Cina Terkait Serangan Verbal Soal Limbah Nuklir PLTN Fukushima

Pekan lalu, Cina melarang semua impor makanan laut dari Jepang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
  Gambar udara pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi dan tangki-tangkinya yang berisi air radioaktif di Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang, 24 Agustus 2023.
Foto: EPA-EFE/JIJI PRESS JAPAN
Gambar udara pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi dan tangki-tangkinya yang berisi air radioaktif di Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang, 24 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang panggil duta besar Cina setelah mereka dibanjiri oleh panggilan telepon yang melontarkan serangan secara verbal. Serangan verbal ini menyusul pelepasan air radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.

“Kami memanggil duta besar Cina untuk Jepang, dan mendesaknya untuk menyerukan kepada masyarakat Cina agar bertindak dengan tenang dan bertanggung jawab,” kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dilaporkan Aljazirah, Senin (28/8/2023).

Baca Juga

Kishida mengatakan, batu-batu dilemparkan ke misi diplomatik dan sekolah-sekolahnya di Cina. “Ada banyak panggilan penghinaan yang diyakini berasal dari Cina dan pelemparan batu ke kedutaan Jepang dan sekolah-sekolah Jepang. Harus dikatakan bahwa hal ini sangat disesalkan,” kata Kishida.

Pekan lalu, Cina melarang semua impor makanan laut dari Jepang. Larangan ini berlangsung setelah Jepang mulai melepaskan air pendingin dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang terkena dampak bencana dalam sebuah operasi.

Sejak itu, bisnis-bisnis Jepang yang dipilih secara acak mulai dari toko roti hingga akuarium dilaporkan telah menerima ribuan panggilan telepon yang melontarkan kata-kata kasar. Panggilan itu diyakini berasal dari nomor telepon Cina.

Pengguna media sosial di Cina telah mengunggah rekaman dan video panggilan telepon tersebut. Beberapa di antaranya telah menarik puluhan ribu likes dan banyak komentar.

Kedutaan Besar Jepang pada akhir pekan mendesak puluhan ribu warganya yang tinggal di Cina untuk tidak menonjolkan diri dan tidak berbicara keras di depan umum. Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Masataka Okano mengatakan kepada Duta Besar Cina, Wu Jianghao bahwa Beijing harus memberikan informasi yang benar kepada publik. Cina diimbau tidak meningkatkan kekhawatiran masyarakat secara tidak perlu dengan memberikan informasi yang tidak berdasarkan bukti ilmiah.

“Sejak awal pelepasan (air radioaktif) telah terjadi banyak panggilan telepon dan penghinaan lainnya terkait pelepasan (air radioaktif) yang diduga berasal dari Cina.  Situasinya belum membaik sejak saat itu,” kata Okano kepada Wu.

“Sejumlah insiden serupa juga terjadi terhadap fasilitas terkait Jepang di Cina. Hal ini sangat disesalkan dan kami sangat prihatin,” kata Okano. 

Pada Senin, Pemerintah Jepang telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di luar sekolah-sekolah Jepang dan misi diplomatik di Cina. Menurut media Jepang, ada beberapa insiden pelemparan batu dan telur ke sekolah-sekolah Jepang.

Di Cina, sebuah batu dilemparkan ke sebuah sekolah Jepang di Kota pesisir Qingdao pada Kamis (25/8/2023). Ketika ditanya tentang insiden di Kota Qingdao dan penghinaan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin menyoroti rekam jejak Cina dalam menjaga keamanan orang asing.

“Cina selalu menjaga keselamatan dan hak serta kepentingan warga negara asing di Cina sesuai dengan hukum,” kata Wang.

Jepang telah mulai membuang air limbah senilai lebih dari 500 kolam renang Olimpiade dari Fukushima ke Pasifik. Pelepasan air radioaktif ini terjadi 12 tahun setelah tsunami menghancurkan tiga reaktor dalam salah satu kecelakaan atom terburuk di dunia. Operator pabrik TEPCO mengatakan, semua unsur radioaktif telah disaring kecuali tritium, yang kadarnya berada dalam batas aman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement