REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencipta One Piece dan produser eksekutif adaptasi Netflix Eiichiro Oda mengatakan dia telah berubah pikiran tentang adaptasi live-action manganya setelah melihat kemajuan teknologi saat ini.
Dalam wawancara dengan The New York Times, dia membahas bagaimana komedi olahraga Hong Kong karya Stephen Chow pada tahun 2001 menginspirasi pembuatan live-action dan bagaimana dia memastikan serial mendatangnya akan memuaskan para penggemar.
“Ketika pertama kali saya memulainya, saya tidak berpikir ada gunanya menggambar manga yang bisa dibuat ulang dalam bentuk live-action. Tetapi ketika saya melihat film Chow, rasanya seperti dunia mirip manga yang dihidupkan," kata Oda, dilansir Hollywood Reporter, Kamis (31/8/2023).
Pada saat itulah dia berubah pikiran. Dengan bantuan dari kemajuan teknologi, One Piece diadaptasi dalam serial live-action Netflix.
"Saya menyadari waktu telah berubah dan ada teknologi yang tersedia yang dapat mewujudkan One Piece live-action. Jadi, saya beralih mencari mitra yang tepat untuk menghidupkan manga ini," ujar dia.
Namun, adaptasi live-action tak jarang mendapat sambutan buruk. Ini terlihat dari Cowboy Bebop dan Death Note. Melihat rekam jejak gagalnya adaptasi live-action dari manga, Oda berperan sebagai penjaga ketika Netflix dan Matt Owens serta Steven Maeda membawanya ke layar.
“Berbagai manga telah dijadikan live-action, tetapi ada sejarah kegagalannya. Tak seorang pun di Jepang dapat menyebutkan contoh suksesnya. Syukurlah, Netflix setuju bahwa mereka tidak akan menayangkan acara tersebut sampai saya setuju bahwa acara tersebut memuaskan. Saya membaca naskahnya, memberikan catatan dan bertindak sebagai anjing penjaga untuk memastikan materi diadaptasi dengan cara yang benar," ucapnya.
Ulasan untuk serial Netflix belum dirilis, tapi pendekatan Oda terhadap live-action One Piece menurutnya sangat hati-hati, terutama dalam hal bagaimana serial tersebut menghadirkan apa yang disukai penggemar. Itu adalah sesuatu yang menurutnya sebagai kunci sukses adaptasi manga live-action.
“Adaptasi live-action dari sebuah manga tidak hanya menampilkan kembali materi sumbernya tapi juga melibatkan apa yang disukai penggemar tentang karakter yang ada di dalamnya. Pertunjukan live-action yang bagus tidak harus mengubah cerita. Yang terpenting apakah para aktor dapat mereproduksi karakter sedemikian rupa sehingga memuaskan orang yang membaca manganya. Saya pikir kami melakukannya dengan baik, jadi saya harap penonton akan menerimanya," kata dia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika