REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa bersama-sama menekan Uni Emirat Arab untuk menghentikan perdagangan dengan Rusia. Hal ini terungkap sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal (WSJ) pada Senin (4/9/2023), dengan mengutip para pejabat AS dan Eropa.
Seorang pejabat UEA, menanggapi permintaan komentar dari Reuters, mengatakan bahwa UEA "secara ketat mematuhi sanksi-sanksi PBB dan memiliki proses-proses yang jelas dan kuat untuk berurusan dengan entitas-entitas yang terkena sanksi."
UEA "terus memantau ekspor produk penggunaan ganda," yang memiliki aplikasi sipil dan militer, di bawah kerangka hukum pengendalian ekspor, demikian imbuh pejabat itu.
Para pejabat dari Washington dan Uni Eropa mengunjungi UEA mulai Senin ini. Upaya ini sebagai bagian dari dorongan global kolektif untuk menjaga agar chip komputer, komponen elektronik, dan apa yang disebut produk penggunaan ganda lainnya tidak berada di tangan Rusia, kata laporan WSJ.
UEA, anggota aliansi minyak OPEC+ yang mencakup Rusia, telah mempertahankan hubungan baik dengan Moskow. Hubungan itu tetap dipertahankan, meskipun ada tekanan dari Barat, untuk membantu mengisolasi Rusia atas invasi ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022. Hal ini tidak sesuai dengan sanksi global yang dijatuhkan pada Moskow.
Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar ketika ditanya tentang laporan WSJ. Namun pejabat UEA menambahkan bahwa UEA tetap berdialog secara dekat dengan mitra-mitra internasional termasuk AS dan Uni Eropa mengenai konflik di Ukraina dan implikasinya terhadap ekonomi global.
"Bank-bank UEA, di bawah pengawasan Bank Sentral dan otoritas terkait lainnya, memantau kepatuhan terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia untuk mencegah pelanggaran hukum internasional," kata pejabat UEA.