REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning berharap agar Jepang menjelaskan soal pembuangan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima pada momen ASEAN Plus Three (APT).
"Kami mengetahui ada laporan media soal Jepang yang mengatakan akan menjelaskan mengenai pembuangan limbah tersebut ke negara lain dalam pertemuan ASEAN Plus Three. Kami berharap Jepang mau menghadapi permohonan dunia internasional dan menjelaskan posisinya dengan tulus dan berdasarkan ilmu pengetahuan," kata Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, China pada Rabu (6/9).
Pada Rabu, Presiden Joko Widodo memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-26 ASEAN Plus Three (APT) yang dihadiri Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri China Li Qiang, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan para pemimpin negara dan pemerintahan anggota ASEAN.
Presiden Jokowi dalam KTT APT tersebut mengajak China, Jepang dan Korea Selatan untuk menciptakan peluang kerja sama baru dalam pembangunan ekonomi hijau serta menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
"Kami harap Jepang tidak terus meremehkan atau menutupi dampak buruk dari pembuangan air limbah tersebut," ungkap Mao Ning.
Mao Ning menyebut Jepang membuat istilah "air yang telah diolah" dan terus mengatakan bahwa konsentrasi tritium dalam air tersebut sudah memenuhi standar.
"Agar memberikan kesan bahwa hanya tritium saja yang menjadi zat radioaktif dalam air yang terkontaminasi dan karena konsentrasi tritium memenuhi standar, air yang terkontaminasi nuklir tidak berbahaya. Namun, narasi ini sulit menipu komunitas internasional," tambah Mao Ning.
Mao Ning mengatakan, meski dengan berbagai upaya pemurnian, alir limbah Fukushima masih mengandung berbagai bahan radioaktif, seperti karbon-14, kobalt-60, strontium-90, iodin-129, dan kaesium-137.
"Apa pun nama yang diberikan Jepang pada air tersebut, zat radioaktif itu tidak akan hilang dengan sendirinya," ungkap Mao Ning.
Pada tahap pertama, operator Tokyo Electric Power Company (TEPCO) akan mengencerkan sekitar 7.800 ton air olahan dengan air laut, dan air encer tersebut akan dikeluarkan selama 17 hari berturut-turut.
TEPCO telah mengisi fasilitas, yang disebut poros pembuangan vertikal, dengan air yang telah diolah dan diencerkan. Setiap ton air yang diolah dicampur dengan sekitar 1.200 ton air laut.
Terdapat sekitar 1,3 juta ton air olahan di kompleks TEPCO. Operator kehabisan kapasitas penyimpanan sehingga memaksa Jepang membuang air tersebut ke laut.