Kamis 07 Sep 2023 21:19 WIB

Kisah Widjayanti, dari Supervisor Jadi Pengusaha Binatu

Masyarakat prasejahtera produktif adalah yang berpenghasilan Rp 2 juta per bulan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Pertemuan rutin di Sentra Tanjung 14, Tanjung Rejo, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Pertemuan ini merupakan wadah utama BTPN Syariah dalam memberdayakan jutaan wanita khususnya ibu-ibu untuk mengembangkan usaha ultra mikro. Kamis (7/9/2023).
Foto: Republika/ Dian Fath Risalah
Pertemuan rutin di Sentra Tanjung 14, Tanjung Rejo, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Pertemuan ini merupakan wadah utama BTPN Syariah dalam memberdayakan jutaan wanita khususnya ibu-ibu untuk mengembangkan usaha ultra mikro. Kamis (7/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) berupaya meningkatkan pemberdayaan nasabah perempuan di segmen prasejahtera produktif. Pemberdayaan nasabah perempuan dilakukan karena perempuan dianggap memiliki andil besar dalam perekonomian keluarga, sehingga dapat membantu dalam menggerakkan perekonomian di Indonesia

Manfaat program pemberdayaan nasabah perempuan pun dirasakan oleh warga Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Sukun, Jawa Timur. Sebelum mengenal dan bergabung dengan BTPN Syariah, Widjayanti J Harianto (39) sudah delapan tahun menjadi pekerja kantoran dengan jabatan supervisor di salah satu perusahaan nasional.

Baca Juga

Namun, ia mengambil langkah besar dalam hidupnya dengan beralih membuka usaha binatu kecil-kecilan dengan dua mesin cuci di rumahnya dengan alasan agar bisa lebih banyak waktu di rumah mendampingi anak. Beruntungnya, empat tahun lalu dia bertemu dengan community officer (CO) BTPN Syariah yang sedang menawarkan program untuk membantu usaha ultra mikro di kota Malang. Ia pun yang sudah memiliki usaha ultra mikro mengajukan pembiayaan dengan syarat yang mudah dan tanpa agunan.

"Saat awal diberikan modal Rp 2 juta, satu tahun pertama ada kenaikan plafon dan Alhamdulillah sekarang plafon yang saya dapat Rp 10 juta," tuturnya saat ditemui dalam pertemuan rutin di Sentra Tanjung 14, Kamis (7/9/2023).

Widjayanti mengaku, komitmen yang kuat serta disiplin menjadi kunci ia bisa bertahan hingga sekarang. Ia mengungkapkan, saat awal mendapatkan pembiayaan, setiap bulannya ia bisa meraup omset sekitar Rp 2 juta. Berkat keuletannya, kini ia sudah bisa meraup omzet dengan kisaran Rp 8 juta hingga Rp 10 juta setiap bulannya.

"Omset saya belikan mesin. Dulu hanya dua mesin cuci. Sekarang enam mesin cuci. Saya sangat senang dengan pencapaian ini dan yang terpenting saya berdaya dan bisa membantu suami," ucapnya.

Saat ini pun Widjayanti menjadi ketua Sentra Tanjung 14 dengan jumlah anggota sebanyak 23 orang. Berbekal pengalamannya selama bekerja dan pendampingan dari para CO BTPN Syariah yang rutin memberikan pembinaan , seluruh anggota sentra di tempatnya pun sudah berhasil membuka berbagai usaha ultra mikro, seperti binatu, jasa menjahit, salon serta usaha kuliner.

Dibandingkan harus pinjam ke bank atau institusi keuangan lainnya, Widjayanti mengaku betah menjadi nasabah BTPN Syariah karena tidak ada agunan, penagihannya seperti keluarga karena petugas datang ke rumah dua pekan sekali, dan sesi pendampingan. Bahkan saat petugas datang, ia bisa langsung menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabungkan.

Sudah lebih dari satu dekade, BTPN Syariah terus fokus melayani masyarakat inklusi, terutama dalam memberikan akses keuangan berupa pembiayaan bagi para perempuan pelaku ekonomi yang masuk dalam kelompok unbankable (tak tersentuh layanan keuangan profesional).  Bank BTPN Syariah telah menjalankan model bisnis yang sudah didesain untuk memberikan kesempatan tumbuh dan memenuhi berbagai kebutuhan bagi masyarakat inklusi.

Corporate & Marketing Communication Head BTPN Syariah Ainul Yaqin  menjelaskan, pertemuan rutin sentra merupakan wadah utama BTPN Syariah dalam memberdayakan jutaan wanita khususnya ibu-ibu untuk mengembangkan usaha ultra mikro. Karena, target market dari pembiayaan yang BTPN Syariah berikan adalah wanita prasejahtera.

Saat ini, di Indonesia masyarakat prasejahtera produktif atau yang berpenghasilan Rp 2 juta per bulan, jumlahnya mencapai 45 juta orang. Dari angka itu, sekitar 23 juta adalah wanita. Sementra sebanyak 78 persen dari nilai tersebut berada di daerah Jawa dan Sumatra.

Ainul mengatakan, pembiayaan ultra mikro dari BTPN Syariah merupakan paket keuangan yang diberikan untuk membangun usaha. Dalam paket tersebut sudah termasuk modal usaha, gratis asuransi jiwa, dan juga tabungan yang dibebaskan dari biaya bulanan.

Modal usaha juga bisa meningkat setiap siklus pembiayaan. Adapun pembiaayan mulai dari Rp 2 juta dan bisa meningkat hingga puluhan juta jika sesuai dengan persyaratan dan untuk sistem keanggotannya adalah dalam kelompok.

"Sehingga, diseleksi oleh nasabah lain di kelompok itu," katanya.

Di dalam kelompok, juga harus mengikuti Pertemuan Rutin Sentra, membayarkan tabungan wajib, dan tanggung renteng. Artinya, ketika ada salah satu yang tidak mampu membayar karena usahanya kurang baik, maka anggota lain membantu.

"Tanggung renteng ini sudah kesepakatan di awal oleh anggotanya," terang Ainul.

Ainul juga menekankan, BTPN Syariah merupakan satu-satunya bank di Indonesia yang memfokuskan diri melayani keluarga prasejahtera produktif (unbankable). Melalui model bisnis BTPN Syariah yang unik, yaitu mengkombinasikan misi bisnis dan sosial (do good do well) itulah, keluarga prasejahtera jadi memiliki kesempatan untuk mengejar mimpinya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement