REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meresmikan Laboratorium Manajemen Zakat (LMZ) di kampus Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, Kamis (7/9/2023) lalu. Laboratorium akan dimanfaatkan untuk menyiapkan para calon amil yang kompeten di masa mendatang.
Acara peresmian dibarengi dengan Kuliah Umum tentang "Kompetensi Amil dalam Menjawab Tantangan Pengembangan Zakat di Indonesia”.
Pimpinan Baznas RI bidang Pendayagunaan dan Pendistribusian, Saidah Sakwan, meresmikan Laboratorium Manajemen Zakat secara simbolis dengan menggunting pita, menandai dibukanya laboratorium tersebut.
Dalam sambutannya, Rektor IIQ Jakarta, Dr Nadjematul Faizah, MHum, menyampaikan harapan agar kerja sama IIQ Jakarta dan Baznas bisa terus ditingkatkan. "Insyaallah di semester semester 7 ini, mahasiswa akan praktek di laboratorium tersebut," ujarnya.
Faizah menjelaskan, IIQ Jakarta bersama Baznas pada tahun 2021 telah menyusun buku standar Laboratorium Manajemen Zakat untuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia. "IIQ Jakarta saat ini telah memiliki Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf (MZW) sekaligus juga laboratoriumnya. Untuk pemanfaatannya, IIQ Jakarta berkolaborasi dengan UPZ IIQ dan Baznas," tegas Faizah.
Faizah juga menyampaikan bahwa saat ini IIQ mendapatkan bantuan dari Baznas berupa beasiswa bagi sekitar 20 orang mahasiswa dan sedang berproses untuk beasiswa riset tentang zakat.
Pimpinan Baznas RI bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, dalam pemaparannya menjelaskan tentang syarat dan rukun amil zakat. "Dia harus beragama Islam, mukallaf, dan amanah. Amanah ini menjadi variabel yang sangat penting bagi BAZNAS karena mengelola amanahnya dari muzaki. Akuntabilitas, kredibilitas menjadi hal harus diperjuangkan dan dipedomani," urai Saidah.
Dan syarat terakhir, kata Saidah, harus memiliki ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum zakat dan hal lain terkait amil. "Saya yakin alumni IIQ Jakarta bisa memenuhi kriteria sebagai amil, apalagi Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf (Mazawa)," tegasnya
Saidah menambahkan, tugas amil Baznas cukup berat, karena dana zakat, sedekah dan infak yang dikumpulkan tidak diterima begitu saja, tapi harus diupayakan dengan keras.
"Tahun ini saja target kita Rp 33 triliun. Harus kita cari dengan segala upaya. Tapi, jangan khawatir karena potensi zakat di Indonesia juga besar, yang menurut penghitungan kami sekitar Rp 327 triliun," ujarnya.
Saidah berharap IIQ Jakarta bisa menelurkan teknokrat, birokrat, dan pemimpin masa depan, termasuk di bidang zakat, yang hafal quran dan dengan penguasaan ushul fikih, fikih, dan ilmu alat yang sangat baik.
Laboratorium manajemen zakat adalah program yang diinisiasi oleh Baznas dalam rangka mendukung upaya penguatan ekosistem pengelolaan zakat di Indonesia khususnya di lingkungan perguruan tinggi yang memiliki program ekonomi syariah ataupun manajemen zakat dan wakaf.
"Tujuannya agar perguruan tinggi mampu melahirkan lulusan unggul dan kompeten yang memahami secara komprehensif pengelolaan zakat, baik dari segi teori maupun praktik," pungkas Saidah.
Hadir dalam acara tersebut, Pimpinan Baznas RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, Rektor IIQ Jakarta Dr Nadjematul Faizah, MHum, Wakil Ketua bidang Pengumpulan Baznas Tangerang Selatan, Ahmad Taufik, Dekan FSEI IIQ Jakarta Dr Syarif Hidayatullah, Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Rohmatul Fadil, Ketua Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf, Syafaat Muhari, serta para dosen dan mahasiswa FSEI IIQ Jakarta.