Senin 11 Sep 2023 20:27 WIB

Arab Saudi Kirim Tim Pencarian dan Penyelamatan ke Maroko

Gempa bumi Maroko menewaskan dua ribu orang.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Sebuah mobil rusak berat akibat gempa tertinggal di pinggir jalan menuju desa Ijjoukak, dekat Marrakesh, Maroko, (9/9/2023).
Foto: AP Photo/Mosa'ab Elshamy
Sebuah mobil rusak berat akibat gempa tertinggal di pinggir jalan menuju desa Ijjoukak, dekat Marrakesh, Maroko, (9/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi memberikan bantuan kepada Maroko setelah terjadi musibah gempa bumi yang menewaskan lebih dari 2.000 orang. Bantuan tersebut berupa jembatan udara untuk membantu meminimalisir dampak gempa bumi.

Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohamed bin Salman mengarahkan Pusat Bantuan dan Bantuan Kemanusiaan Raja Salman untuk mengoperasikan jembatan udara guna memberikan berbagai bantuan. Seperti dilansir Yeni Safak, Senin (11/9/2023), jembatan udara itu untuk mengurangi dampak gempa bumi di sana.

Baca Juga

Abdullah al-Rabeeah, pengawas umum Pusat Bantuan dan Bantuan Kemanusiaan Raja Salman, menambahkan, Riyadh juga akan mengirimkan kru pencarian dan penyelamatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan bantuan dan kemanusiaan. Hal ini untuk membantu orang-orang yang terkena dampak gempa.

Berbagai negara Arab telah mengirimkan bantuan ke Maroko termasuk Oman, UEA, Qatar dan Bahrain. Ada lebih dari 2.000 orang tewas dan 2.421 lainnya terluka ketika gempa berkekuatan 7 SR itu melanda Maroko pada Jumat (8/9/2023) malam.

Menurut Institut Geofisika Nasional Maroko, gempa tersebut merupakan yang terkuat yang melanda negara Afrika Utara dalam satu abad terakhir. Gempa terjadi di 72 kilometer (45 mil) barat daya pusat wisata Marrakesh, hingga menyapu seluruh desa di daerah pedesaan. "Saya telah kehilangan segalanya," kata Lahcen, seorang warga desa pegunungan Moulay Brahim, yang istri dan empat anaknya tewas.

Provinsi Al-Haouz, tempat episentrum gempa berada, mengalami korban jiwa terbanyak dengan 1.293 orang, disusul provinsi Taroudant dengan 452 orang. Bouchra, warga Moulay Brahim lainnya, menyeka air matanya dengan syal saat menyaksikan para pria menggali kuburan untuk menguburkan para korban. "Cucu sepupuku sudah meninggal," katanya dengan suara tertahan.

Dia menyaksikan langsung kehancuran akibat gempa, dan saat ini ia masih gemetar karena baginya peristiwa musibah ini bagaikan bola api yang menelan semua yang dilaluinya. "Semua orang di sini telah kehilangan keluarga, baik di desa kami atau di tempat lain di wilayah ini," tambahnya.

Fatema Satir, seorang warga di Marrakesh, mengatakan banyak orang yang tidur di jalan karena takut rumah mereka akan runtuh. "Lihat di mana semua orang ini tidur. Tidak ada pertolongan untuk kami, rumah kami retak, yang lain hancur seperti rumah putri saya yang musnah. Kami dalam keadaan kacau," ujarnya.

Pihak berwenang mengumumkan tiga hari berkabung nasional. Sementara beberapa negara, termasuk Perancis, Israel, Italia, Spanyol dan Amerika Serikat, telah menawarkan bantuan. Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta perdana menterinya untuk mengirim tim untuk membantu para korban.

Aljazair, yang memiliki hubungan buruk dengan negara tetangganya, Maroko, membuka wilayah udaranya, yang telah ditutup selama dua tahun, untuk penerbangan yang membawa bantuan kemanusiaan dan korban luka.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement