Kamis 14 Sep 2023 00:05 WIB

SKK Migas: Indonesia Butuh Investasi 18 Miliar Dolar AS untuk Capai Pengeboran 1.000 Sumur

Investasi 18 miliar dolar AS dibutuhkan untuk eksplorasi hingga 2030 mendatang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana lokasi di Rig (alat pengeboran minyak bumi) PDSI 49 milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau, Senin (8/8/2022). PT PHR telah melakukan pengeboran di 376 sumur baru di Blok Rokan dan mampu memproduksi minyak mentah hingga 161 ribu barel per hari atau mencapai 26 persen produksi minyak nasional.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Suasana lokasi di Rig (alat pengeboran minyak bumi) PDSI 49 milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau, Senin (8/8/2022). PT PHR telah melakukan pengeboran di 376 sumur baru di Blok Rokan dan mampu memproduksi minyak mentah hingga 161 ribu barel per hari atau mencapai 26 persen produksi minyak nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjelaskan, Indonesia menargetkan akan mencapai pengeboran sumur migas hingga 1.000 sumur untuk bisa mempertahankan produksi. Saat ini terdapat 919 sumur yang telah dieksplorasi dan eksploitasi.

“Saat ini target pemboran sumur pengembangan sebanyak 991 sumur dengan prognosa bisa diselesaikan 919 sumur. Jika investasi terus meningkat, maka suatu saat pemboran sumur pengembangan bisa mencapai di atas 1.000 sumur, sehingga perlu disiapkan juga mengenai perizinan, lahan, lingkungan dan sosial masyarakat lainnya," kata Nanang, Rabu (13/9/2023).

Nanang menyebutkan untuk memenuhi target tersebut, Indonesia butuh investasi hingga 18 miliar dolar AS per tahun hingga 2030 mendatang. SKK Migas bersama pemerintah mengupayakan untuk menjaga iklim investasi sehingga bisa menarik investasi di sektor hulu migas.

"Realisasi investasi dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang terus meningkatkan menunjukkan, saat ini iklim investasi hulu mgias di Idnonesia terus membaik, namun harus harus terus diperbaiki dan ditingkatkan karena saat ini Indonesia masih menempati peringkat 9 dari 14 negara di Asia Pasifik dari segi daya tarik investasi karena,” kata Nanang.

Tahun ini, kata Nanang, investasi di hulu migas ditargetkan mencapai 15,5 miliar dolar AS atau lebih tinggi 26 persen dibanding realisasi 2022. Target tersebut juga tercatat n lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global yang sebesar 6,5 persen.

Meski iklim investasi terus membaik, Indonesia masih harus bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik investor. Nanang menambahkan, isu-isu yang masih menghambat upaya-upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi di sektor hulu migas perlu segera dicarikan solusi.

Lewat The International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG), pemerintah dan stakeholder berupaya mencari solusi terkait pelaksanaan kegiatan operasi yang rendah karbon sehingga industri hulu migas bisa turut berkontribusi dalam pencapaian target Net Zero Emission di Indonesia. 

Solusi tersebut diharapkan bisa sejalan dengan upaya meningkatkan produksi migas nasional demi tercapainya target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD). Selain itu, peluang-peluang terkait penerapan Carbon Capture Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS) di Indonesia turut dijajaki.

“Target mencapai produksi di 2030  tidaklah mudah dan butuh cara-cara yang tidak biasa, serta terus mendorong sinergi, kolaborasi dan dukungan dari para pemangku kepentingan," kata Nanang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement