REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim seyogianya memiliki rasa malu kepada Allah ta'ala. Yakni perasaan malu bila tidak mengerjakan perintah Allah, perasaan malu kepada Allah bila melakukan maksiat, perasaan malu kepada Allah bila lalai dan bergurau dalam beribadah.
Sebab dengan hadirnya rasa malu terhadap Allah, maka seseorang akan merasa terus diawasi oleh Allah SWT. Sehingga ia selalu berhati-hati dalam setiap gerak langkahnya dalam hidup. Berikut beberapa hadits tentang pentingnya memiliki rasa malu dalam diri seorang Muslim.
1. Malu termasuk cabang iman. Artinya orang yang memiliki rasa malu tandanya adalah orang yang beriman.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُعْفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَان
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal, dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, diantaranya malu adalah cabang dari keimanan" (HR Bukhari dalam Fathul Bari nomor 9).
Dalam redaksi hadits yang berbeda:
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَان
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, "Iman itu ada tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah perkataan, La Ilaha Illallahu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman. (HR. Muslim dalam Syarah Sahih Muslim nomor 35.)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَجُلٍ وَهُوَ يُعَاتِبُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ يَقُولُ إِنَّكَ لَتَسْتَحْيِي حَتَّى كَأَنَّهُ يَقُولُ قَدْ أَضَرَّ بِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَان
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abi Salamah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab, dari Salim, dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma, "Nabi ﷺ pernah melewati seorang laki-laki yang tengah mencela saudaranya karena malu, kata laki-laki itu: "Sesungguhnya kamu selalu malu hingga hal itu membahayakan bagimu." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Biarkanlah dia, karena sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan." (HR. Bukhari dalam Fathul Bari nomor 6118).
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu...