REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Tuduhan yang dilayangkan oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau tentang kemungkinan keterlibatan pemerintah India dalam pembunuhan seorang aktivis Sikh, didapatkan dari informasi berbagi intelijen dengan anggota Five Eyes. Aliansi berbagi intelijen Five Eyes terdiri dari Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).
“Ada kesamaan intelijen di antara mitra Five Eyes yang membantu mengarahkan Kanada untuk (membuat) pernyataan yang dibuat oleh perdana menteri,” kata Duta Besar AS, David Cohen kepada jaringan CTV News Kanada.
CTV News merilis beberapa komentar Cohen pada Jumat (22/9/2023) malam. Jaringan tersebut mengatakan, mereka akan menyiarkan wawancara lengkap dengan Cohen pada Ahad waktu setempat. Tidak ada rincian lebih lanjut yang dirilis tentang berbagi informasi intelijen tersebut.
Pada Kamis (21/9/2023) seorang pejabat Kanada mengatakan kepada The Associated Press, tuduhan keterlibatan India dalam pembunuhan tersebut didasarkan pada pengawasan diplomat India di Kanada. Termasuk informasi intelijen yang diberikan oleh sekutu utamanya. Namun pejabat itu tidak menyebutkan siapa sekutu yang dimaksud.
Hubungan antara Kanada dan India mencapai titik terendah dalam sejarah baru-baru ini. Ketegangan berlangsung ketika Trudeau mengatakan, ada tuduhan yang dapat dipercaya mengenai keterlibatan India dalam pembunuhan seorang aktivis separatis Sikh, Hardeep Singh Nijjar (45 tahun) pada Juni di pinggiran Kota Vancouver.
India menyebut tuduhan tersebut tidak masuk akal. India juga telah berhenti mengeluarkan visa bagi warga negara Kanada dan meminta Kanada untuk mengurangi staf diplomatiknya. Sejauh ini, Kanada belum memberikan bukti publik yang mendukung tuduhan Trudeau.
Nijjar adalah seorang tukang ledeng yang lahir di India dan menjadi warga negara Kanada pada 2007. Dia telah menjadi buronan India selama bertahun-tahun sebelum ditembak hingga tewas pada Juni di luar kuil yang dipimpinnya di Surrey, pinggiran Kota Vancouver.