REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi Kesehatan Masyarakat, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Erta Priadi Wirawijaya mengatakan rokok memiliki dampak negatif yang signifikan pada kemampuan jantung saat melakukan aktivitas olahraga.
"Rokok memiliki dampak negatif yang signifikan pada kemampuan jantung saat berolahraga," katanya dalam diskusi terkait Hari Jantung Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (25/9/2023).
Erta mengatakan rokok mengandung zat-zat berbahaya, seperti nikotin dan karbon monoksida. Saat seseorang merokok, nikotin menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
Pada saat yang sama, sambungnya, karbon monoksida menggantikan oksigen dalam darah, lalu mengurangi pasokan oksigen ke otot dan jantung. "Inilah sebabnya mengapa rokok dapat mempengaruhi kemampuan jantung saat berolahraga," ujarnya.
Erta menyebutkan rokok dapat mengurangi kapasitas aerobik tubuh, yaitu kemampuan jantung dan paru-paru untuk menyediakan oksigen ke otot selama aktivitas fisik. Hal ini dapat mengakibatkan perasaan pengap atau cepat lelah saat berolahraga.
Selain itu, sambungnya, rokok juga meningkatkan risiko cedera jantung, terutama saat aktivitas fisik intens. Hal ini karena nikotin dapat menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan beban kerja jantung, dan meningkatkan risiko pembekuan darah.
Kemudian, ucap dia, rokok juga menurunkan stamina dan kinerja, seperti mengurangi kemampuan tubuh untuk menjaga kinerja pada tingkat optimal. Hal ini dapat membuat seseorang kesulitan untuk mencapai hasil yang diinginkan selama berolahraga.
"Karena rokok dapat membuat jantung bekerja lebih keras, ada risiko peningkatan tekanan pada jantung saat berolahraga yang berlebihan. Ini bisa berpotensi berbahaya, terutama jika seseorang berolahraga dalam kondisi yang tidak baik," tuturnya.
Selain berdampak pada kemampuan jantung, rokok juga menjadi salah satu penghambat turunnya angka stunting Indonesia yang masih berada pada angka 21,6 persen pada 2022.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maria Endang Sumiwi memaparkan pengeluaran orang dewasa dalam keluarga untuk membeli rokok per bulan diperkirakan mencapai Rp 382 ribu.
“Saya berharap keluarga-keluarga Indonesia mengalihkan belanjanya dan melakukan prioritas ulang pengeluarannya bukan untuk rokok,” kata Maria.