Ahad 22 Jun 2025 13:45 WIB

Buku 48 Laws of Power, Eep Saefulloh Fatah: Penuh Strategi Pakai Kekuasaan Lawan Ketidakadilan

Buku Versi Ringkas 48 Laws of Power Ramaikan IBF 2025 dibedah Eep Saefullah Fatah

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Pakar politik Eep Saefulloh Fatah.
Foto: Erdy Nasrul/Republika
Pakar politik Eep Saefulloh Fatah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penerbit Renebook, bagian dari Rene Turos Group, kembali mencuri perhatian di panggung Islamic Book Fair (IBF) 2025 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan Jakarta (21/6/2025). Salah satu acara unggulan yang menarik ratusan pengunjung adalah bedah buku Versi Ringkas 48 Laws of Power, karya legendaris Robert Greene yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Renebook.

Acara yang berlangsung di panggung Kreasi Hall A ini menghadirkan narasumber utama Eep Saefulloh Fatah, pakar politik yang dikenal tajam dalam menganalisis peta kekuasaan. Dalam sesi berdurasi lebih dari satu jam tersebut, Eep tidak hanya mengupas isi buku, tapi juga mengaitkannya secara kritis dengan kondisi sosial-politik Indonesia masa kini dan masa depan.

Baca Juga

“Buku ini seharusnya jatuh ke tangan orang-orang baik agar bisa menjadi senjata untuk melawan kezaliman kekuasaan,” tegas Eep, lulusan Sosiologi Politik dari The Ohio State University.

Buku 48 Laws of Power sendiri merupakan ringkasan dari karya orisinal Greene yang membedah dinamika kekuasaan lintas zaman dan budaya selama lebih dari tiga abad. Dalam versi ringkasnya yang diterbitkan oleh Renebook, isi buku dikoenversi menjadi sekitar 200 halaman tanpa mengurangi kekuatan substansinya dan telah mengalami 22 kali cetak ulang dalam waktu kurang dari satu tahun, menunjukkan antusiasme pembaca yang luar biasa.

Dalam pemaparannya, Eep menggambarkan politik sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup sehari-hari, “Politik itu seperti udara, Anda boleh membenci polusinya, tapi Anda tidak bisa berhenti menghirupnya.”

Ia juga menyinggung pentingnya tetap memiliki sikap kritis sekaligus memberi ruang harapan terhadap pemerintahan baru.

“Presiden yang baru, harapan saya, harus jadi presiden yang baik. Tapi dalam politik, kepercayaan tidak boleh diberikan sepenuhnya. Greene juga menyiratkan hal ini dalam bukunya.”

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement