Rabu 27 Sep 2023 11:08 WIB

Rusia Pertimbangkan Gabung dengan Cina, Larang Impor Makanan Laut Jepang

Jepang mulai melepaskan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima ke laut bulan lalu.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Pembeli membeli makanan laut di jalan Ameyoko di Tokyo, Jepang, 28 Desember 2022. ilustrasi
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pembeli membeli makanan laut di jalan Ameyoko di Tokyo, Jepang, 28 Desember 2022. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mungkin akan bergabung dengan Cina dalam melarang impor makanan laut dari Jepang, setelah negara ini melepaskan air radioaktif yang telah diolah ke laut, dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang hancur akibat gempa. Moskow sedang mengupayakan pembicaraan dengan Jepang, regulator Rusia mengatakan pada Selasa (26/9/2023).

Jepang mulai melepaskan air limbah radioaktif dari PLTN tersebut ke lautan bulan lalu, yang menuai kecaman keras dari Cina. Sebagai pembalasan, Cina memberlakukan larangan menyeluruh terhadap semua impor air dari Jepang.

Baca Juga

Badan pengawas keamanan pangan Rusia, Rosselkhoznadzor, pada hari Selasa mengatakan bahwa mereka telah mendiskusikan ekspor makanan Jepang dengan rekan-rekan mereka di Cina. Rusia adalah salah satu pemasok produk laut terbesar ke Cina dan sedang berusaha untuk meningkatkan pangsa pasarnya.

"Dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko kontaminasi radiasi pada produk, Rosselkhoznadzor sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk bergabung dengan pembatasan Cina terhadap pasokan produk ikan dari Jepang," kata Rosselkhoznadzor dalam sebuah pernyataan. 

"Keputusan akhir akan dibuat setelah negosiasi dengan pihak Jepang." Sejauh setahun ini, Rusia telah mengimpor 118 ton makanan laut Jepang, kata regulator.

Rosselkhoznadzor mengatakan bahwa pihaknya telah mengirim surat kepada Jepang mengenai perlunya mengadakan pembicaraan dan meminta informasi mengenai pengujian radiologi Jepang terhadap produk ikan yang diekspor pada 16 Oktober, termasuk tritium.

Jepang akan mencermati pengumuman Rusia pada hari Selasa, kata juru bicara pemerintah Jepang, Hirokazu Matsuno, pada hari Rabu (27/9/2023).

Jepang mengatakan bahwa air tersebut aman setelah diolah untuk menghilangkan sebagian besar elemen radioaktif kecuali tritium, radionuklida yang sulit dipisahkan dari air. Air tersebut kemudian diencerkan ke tingkat yang diterima secara internasional sebelum dilepaskan.

Jepang mengatakan bahwa kritik dari Rusia dan Cina tidak didukung oleh bukti ilmiah. "Kami sangat meminta Rusia untuk bertindak berdasarkan bukti ilmiah," kata Matsuno pada konferensi pers hari Rabu, dan menambahkan bahwa Rusia adalah anggota tim ahli Fukushima dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang pada bulan Juli lalu menyetujui rencana pelepasan air tersebut.

Pada hari Senin, dalam laporan terbarunya mengenai pengujian air, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengatakan bahwa hasil analisis air laut, yang diambil sampelnya pada tanggal 19 September, menunjukkan bahwa konsentrasi tritium berada di bawah batas bawah deteksi di 11 titik pengambilan sampel dan tidak akan berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Rusia juga mendeteksi tidak ada ketidakberesan dalam sampel laut yang digunakan untuk pengujian di wilayah Rusia yang relatif dekat dengan tempat air yang telah diolah dilepaskan, kata cabang timur jauh Rosselkhoznadzor pada hari Selasa, demikian Interfax melaporkan.

Rusia mengekspor 2,3 juta metrik ton produk laut tahun lalu senilai sekitar 6,1 miliar dolar AS, sekitar setengah dari hasil tangkapannya secara keseluruhan, dengan Cina, Korea Selatan, dan Jepang sebagai importir terbesar, demikian menurut badan perikanan Rusia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement