Rabu 04 Oct 2023 15:27 WIB

Remaja Pelaku Penembakan di Mal Bangkok Derita Gangguan Psikologis

Dua orang tewas dalam insiden penembakan tersebut.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Anggota staf Siam Paragon Mall memeriksa detektor logam kabel sebelum membuka mal di Bangkok, Thailand, Rabu, 4 Oktober 2023, sehari setelah seorang remaja laki-laki dengan pistol melepaskan tembakan.
Foto: AP Photo/Wason Wanichakorn
Anggota staf Siam Paragon Mall memeriksa detektor logam kabel sebelum membuka mal di Bangkok, Thailand, Rabu, 4 Oktober 2023, sehari setelah seorang remaja laki-laki dengan pistol melepaskan tembakan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Seorang remaja Thailand membunuh dua orang asing dalam penembakan di mal Bangkok menderita gangguan psikologis. Polisi menyatakan pada Rabu (4/10/2023), dia telah memodifikasi pistol yang dirancang untuk menembakkan peluru kosong.

Tersangka pria bersenjata berusia 14 tahun ini ditangkap pada Selasa (3/10/2023) malam. Polisi mengatakan, dia telah menerima perawatan psikologis dan tidak meminum obat yang diresepkan pada hari penembakan.

Baca Juga

“Tersangka mengalami gangguan psikologis dan cocok dengan profil penembak aktif,” kata kepala polisi Torsak Sukvimol dalam sebuah wawancara televisi.

Torsak menyatakan, dia telah menanyai langsung pelaku yang merupakan pemain gim daring setelah ditahan. "Awalnya saya berbicara dengannya untuk menenangkannya...dia tampak mendengar seseorang berbicara kepadanya, dia mendengar sesuatu, ada suara yang katanya menyuruhnya untuk menembak," ujarnya.

Penyelidik sedang menyelidiki latar belakang pelaku dan berencana untuk berbicara dengan teman-temannya mengenai kondisi mentalnya. Kepolisian menyatakan, merupakan hal yang tidak biasa untuk menangkap seorang penembak hidup-hidup.

“Kami harus menyelidiki tersangka apakah dia pernah melakukan kekerasan dan agresif sebelumnya,” kata Torsak.

Kekacauan meletus di mal mewah Siam Paragon menjelang jam sibuk pada Selasa. Ratusan orang melarikan diri ketika suara tembakan terdengar dalam kekerasan bersenjata terbaru yang melanda negara itu dalam tiga tahun terakhir.

Video yang diunggah ke media sosial dan ditayangkan di televisi memperlihatkan seorang remaja laki-laki berambut gondrong diamankan polisi. Media besar Thailand melaporkan bahwa dia seorang siswa di sekolah swasta terkemuka.

Serangan ini membunuh dua perempuan yang berasal dari Cina dan Myanmar. Sedangkan lima orang terluka merupakan dua warga asing dan tiga warga negara Thailand.

Penembakan massal jarang terjadi di Thailand, tetapi kekerasan bersenjata dan kepemilikan senjata adalah hal biasa. Aturan mengenai kepemilikan sangat ketat, hanya saja senjata api dapat dimodifikasi dan diperoleh secara ilegal dengan banyak yang diselundupkan dari luar negeri.

Kekerasan itu terjadi tiga hari setelah peringatan pertama kematian 35 orang, termasuk 22 anak-anak di taman kanak-kanak di kota timur laut Thailand. Peristiwa ini merupakan serangan senjata dan pisau  yang dilakukan oleh seorang mantan polisi yang kemudian menembak dirinya sendiri hingga tewas.

Pada 2020, seorang tentara menembak dan membunuh sedikitnya 29 orang dan melukai 57 orang. Pelaku melakukan penyerangan di empat lokasi di sekitar kota Nakhon Ratchasima di timur laut.

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin menyampaikan belasungkawa atas kematian tersebut dalam pidato pembukaan di acara teknologi yang diselenggarakan oleh Siam Paragon. Mal tersebut kembali untuk bisnis pada Rabu.

Dinobatkan sebagai tempat yang paling banyak difoto di dunia oleh Instagram pada 2013, Siam Paragon adalah mal paling terkenal di Thailand. Tempat ini menarik banyak pembeli domestik dan asing setiap hari ke toko-toko kelas atas, akuarium, bioskop, dan tempat makan di food court.

Penembakan terbaru ini terjadi ketika pemerintah baru mencoba untuk menstimulasi perekonomian yang terpuruk. Salah satu upaya dengan meningkatkan kedatangan wisatawan di salah satu tempat wisata paling populer di Asia, termasuk dengan menawarkan akses bebas visa kepada warga negara Cina.

Cina adalah pasar penting bagi industri pariwisata Thailand. Negara itu menyumbang seperempat dari rekor jumlah pengunjung yang mencapai hampir 40 juta orang pada 2019 sebelum pandemi.

Kedutaan Besar Cina di Bangkok menyatakan penyesalannya atas insiden tersebut. Srettha telah memanggil duta besarnya untuk memberikan jaminan penyelidikan menyeluruh.

"Memperkuat manajemen keselamatan publik guna menawarkan lingkungan yang dapat diandalkan dan aman bagi orang-orang Cina yang bepergian ke Thailand," ujar perwakilan Cina itu menyatakan janji Thailand. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement