REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Baru-baru ini viral pemberitaan soal galon air kemasan yang mengandung Bisphenol A (BPA). Hal ini terjadi lantaran seorang pemengaruh yang juga content creator, dr Richard Lee, mengungkapkan adanya kandungan BPA dalam galon kemasan isi ulang.
Ia menjelaskan hal itu sambil membawa galon berwarna biru yang mirip merek terkenal kendati disamarkan. Richard Lee menjelaskan lewat kanal YouTubenya, BPA termasuk zat kimia berbahaya yang bisa menjadi pemicu kanker serta gangguan kesehatan mental.
Paparan BPA juga menjadi perhatian karena kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan otak dan kelenjar prostat janin, bayi, serta anak-anak. Hal ini juga dapat memengaruhi perilaku anak. Penelitian tambahan menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara BPA dan peningkatan tekanan darah, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pernah mengatakan bahwa BPA aman pada tingkat yang sangat rendah yang terdapat pada beberapa makanan. Penilaian ini didasarkan pada tinjauan terhadap ratusan penelitian. Meski demikian, FDA terus memantau penelitian tersebut.
Lantas, bagaimana kita harus bersikap jika telanjur membeli galon air isi ulang merek terkenal itu?
Guru besar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Prof Dr rer nat Ir Heru Hendrayana, menegaskan bahwa tidak semua air sama. Air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya. Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. "Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi,” ujarnya dalam konferensi pers belum lama ini.
Sumber air menjadi semakin penting karena air yang berasal dari sumber-sumber yang kurang baik memerlukan pemrosesan yang lebih kompleks. Padahal, air minum yang diproses berlebihan, seperti misalnya air demineral, tidak direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Dalam kesempatan berbeda, Vice President Marketing Danone Indonesia, Sri Widowati mengatakan Aqua menjawab kebutuhan konsumen Indonesia terhadap air minum yang aman dan berkualitas. Aqua berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian. "Pemilihan sumber air Aqua juga didukung oleh pakar dari lintas-keilmuan, yaitu geologi, hidrogeologi, dan geofisika, serta didukung oleh laboratorium di Perancis dan Jerman, dipilih secara ketat melalui lebih dari 600 parameter sehingga mengandung mineral alami dan diproses tanpa tersentuh tangan manusia untuk menjaga kemurniannya, sehingga rasanya yang dingin alami tanpa didinginkan,” ungkapnya.
Sayangnya, terkait kehebohan kandungan BPA dalam galon, hingga berita ini diturunkan, pihak Aqua tidak merespons pertanyaan dari Republika.co.id.
Lantas, bagaimana jika telanjur membeli galon merek terkenal? Bila pertimbangan kesehatan menjadi faktor utama, maka alangkah baiknya untuk mengganti air kemasan isi ulang dengan merek yang memang telah menjamin tak mengandung BPA hingga ada klarifikasi yang jelas dari pihak terkait.