REPUBLIKA.CO.ID, SAMOSIR -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini sudah melakukan pembangunan infrastruktur pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba di Provinsi Sumatra Utara. Salah satunya yakni Huta Siallagan di Kabupaten Samosir yang kawasannya sudah diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2022.
Kementerian PUPR pada 2021 sudah merampungkan pekerjaan penataan kawasan Huta Siallagan yang merupakan desa wisata di Pulau Samosir. Berkunjung ke Huta Siallagan, wisatawan dapat lebih mengenal budaya Batak Toba di desa peninggalan yang masih ada sejumlah Rumah Bolon.
"Huta Siallagan ini destinasi sebelumnya sudah ada kemudian kemudian PUPR mengembangkan dan meningkatkan kualitas supaya menjadi destinasi yang semakin nyaman dan menarik sehingga para wisatawan dapat dilayani dengan baik," kata Kepala Satuan Kerja Wilayah III Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumatra Utara Dwi Atma Singgih Raharja Sabar di Huta Siallagan, Kamis (5/10/2023).
Singgih menjelaskan revitalisasi di Samosir dilakukan tidak hanya di Huta Siallagan saja namun juga di Kampung Ulos Huta Raja. Keduanya sikerjakan secara multi years pasa 2020-2021 yang tergabung dalam satu paket kontrak Rp 55 miliar.
Dengan penataan tersebut, wisatawan dapat melihat langsung karakteristik Rumah Bolon khas Batak. "Rumah-rumah Bolon yang sudah ada direvitalisasi sehingga lebih kuat dan menarik. Selain itu juga ada pembangunan Rumah Bolon yang baru ada empat untuk menambah daya tarik," ucap Singgih.
Sebagai desa wisata yang saat ini tidak hanya dikunjungi wisatawan dalam negeri namun mancanegara, Singgih memastikan penataan juga dilakukan dengan menambah fasilitas toilet. Selain itu juga terdapat lokasi penjualan souvenir khas Samosir yan tepat berada di area pintu keluar.
"Kami lengkapi dengan bangunan pendukung supaya lebih layak. Ada pos ticketing dan tidak kalah penting ada toilet bagus dan bersih. Meskipun dada di desa tapi kualitas toiletnya bintang lima," ucap Singgih.
Wisatawan yang mengunjungi Huta Siallagan kini lebih mudah dalam memahami sejarah di desa tersebut karena juga didukung dengan visual yang sesuai. Tak hanya rumah Bolon namun juga dibangun replika yang mendukung cerita peninggalan di Huta Siallagan.
"Ada pembangunan untuk lokaso tempat menari, batu persidangan hingga penataan parkir juga dilakukan supaya tidak menimbulkan kemacetan" ujar Singgih.
Saat singgah di Huta Siallagan wisatawan dapat mengetahui cerita yang dahulunya para raja bersidang untuk memutuskan persoalan yang terjadi sehingga terdapat balai sidang yang terbuat dari batu. Terdapat juga tempat eksekusi setelah para raja sepakat memutuskan persoalan yang disidangkan.
Mengenal peradaban hukum
Huta Siallagan menjadi asal mula peradaban penegakan hukum di Samosir. Itu sebabnya, saat mengunjungi desa itu, wisatawan dapat melihat replika balai sidang hingga tempak eksekusi yang berada di tengah desa dengan karakteristik Rumah Bolon.
Balai persidangan digunakan para Raja untuk mengadili sejumlah persoalan termasuk para pelanggar hukum adat. Balai persidangan selayaknya tempat sidang yang terdiro dari meja dan kursi disusun melingkat terbuat dari batu.
Keturunan Raja ke-17 Siallagan, Gading Siallagan bercerita maka tak jarang saat ini banyak pengacara berasal dari Batak. Sebab di Samosir menjadi asal mula peradaban penegakan hukum.
“Jangan salah, raja kita sejak lama mereka jago rapat. Orang Batak jago tapat lho,” tutur Opung dapaan akrab Gading.
Opung menekankan, Huta Siallagan menjadi aset destinasi di Samosir. Bersama anaknya, Opung memulai dengan mengelola kampung tersebut menjadi destinasi wisata sejarah dengan harga tiket masuk Rp 10 ribu yang ia gunakan untuk mengelola Huta Siallagan.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir Tetti Naibaho mengakui ada banyak banyak daya tarik di Huta Siallagan. “Ada rumah batak, batu kursi, pusat souvenir , kawasan wisata, ada guide juga yang terjadwal,” jelas Tetti.
Tetti memastikan pihaknya juga melakukan pelatihan kepada sumber daya manusia (SDM) di kawasan pariwisata yang saat ini sudah ditata Kementerian PUPR. Salah satunya berkaitan bagaimana peraeatan kebersihan toilet hingga pelayanan bagi setiap turis.
Fasilitas homestay
Jika ingin menginap dan lebih akrab dengan kehidupan di desa, wisatawan kini juga bisa bisa memilih tinggal di sarana hunian pariwisata (sarhunta). Kementerian PUPR juga membangun sejumlah sarhunta atau homestay di rumah penduduk di sekitar Huta Siallagan.
Kepala Seksi Wilayah I Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan BP2P Sumatra II Direktorat Perumahan Kementerian PUPR, Bramantyo mengatakan pembangunan sarhunta juga tersebar di enam kabupaten dan kota. "Tujuannya untuk peningkatan kualitas rumah jadi layak huni fungsi khususnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata," ucap Bramantyo.
Bramantyo mengharapkan pembangunan homestay dapat menjadi pilihan bagi wisatawan dengan fasilitas yang tidak kalah dengan hotel setelah ditata oleh Kementerian PUPR. Dengan bagitu juga bisa mendorong ekonomi di sekitar Danau Toba untuk mendukung pemulihan ekonomi pariwisata,
"Program memperbaiki rumah menuju kawasan Danau Toba jumlahnya 1.192 tersebar di enam kabupaten. Di Samosir, sarhunta ada 310 sebagian besar homestay 303 unit," tutur Bramantyo.
Homestay yang ada di sekitar Huta Siallagan terdiri dari rumah dua lantai dengan fasilitas dapur, kamar mandi, dua kamar, bed cover. Tarif penginapan tersebut berkisar Rp 300 ribu per malam.