Ahad 31 Aug 2025 23:35 WIB

Desa Wisata, Motor Penggerak Ekonomi Desa yang Bisa Buka Lapangan Kerja dan Cegah Urbanisasi

Saat ini total ada 1.600 desa wisata di Jabar tapi yang sudah bagus sekitar 200

Desa Wisata Alamendah di Kabupaten Bandung
Foto: Dok Republika
Desa Wisata Alamendah di Kabupaten Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Dinginnya udara Ciwidey, tak membuat warga Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Ciwidey Kabupaten Bandung, bermalas-malasan dalam selimut. Mereka, justru terlihat bersemangat menyambut satu bus rombongan wisatawan yang akan datang untuk berwisata. Ibu-ibu yang memiliki homestay untuk dijadikan tempat tinggal wisatawan, terlihat sibuk merapikan tempat tidur dan membereskan rumahnya.

Di dapur, tim juru masak sudah siap menata makanan yang akan mereka sajikan pada para tamu saat coffee break dan makan siang nanti. Menu Sunda, ayam goreng, sayur asem, asin lengkap dengan sambalnya siap memanjakan lidah para tamu. Sementara, para penari sudah siap menari tarian selamat datang untuk menyambut para wisatawan.

Baca Juga

Tak lama kemudian, sebuah bus pariwisata yang memuat 30 orang lebih datang para tamu. Saat mereka turun, seorang penari berkebaya merah dengan samping batik dan berhiaskan melati di kepalanya, menari tari Jaipongan dengan gemulai sebagai tarian khas Jawa Barat. Para tamu pun terpukau, dengan tarian sambutan tersebut.

Setelah selesai menari, rombongan wisatawan pun beristirahat sebentar menikmati snack tradisional khas sunda. Yakni, berupa bandrek, bajigur lengkap dengan kukuluban (kukusan) umbi-umbian. Setelah selesai melepas lelah, seorang pemandu berkebaya hitam dan kain batik, memandu semua wisatawan untuk berkeliling kampung. Tempat pertama yang didatangi adalah lahan pertanian yang ditanami berbagai komoditas, lalu ke kebun strawberry, kemudian ke peternakan sapi. Di peternakan sapi, mereka bisa merasakan langsung memeras susu dan meminumnya. Terakhir, para wisatawan tersebut diajak untuk melihat produk UMKM oleh-oleh khas Desa Alamendah. 

Kesibukan di Desa Wisata Alamendah itu, menjadi pemandangan sehari-hari saat ada wisatawan yang berkunjung. Terutama, saat hari libur. Penduduk Desa Alamendah, tak ada yang terlihat santai. Usai bertani, mereka berganti profesi menjadi pengelola wisata. 

Kondisi tersebut terjadi, sejak Alamendah dijadikan Desa Wisata pada 2019. Padahal, sebelumnya setiap datang hari libur, apalagi libur panjang adalah masa yang sulit bagi warga Desa Alamendah untuk beraktivitas. Karena, baru saja keluar rumah ke jalan raya, warga sudah disambut oleh kemacetan panjang. 

Hal ini terjadi, karena Kawasan Ciwidey, terkenal dengan banyak destinasi wisata yang indah. Oleh karena itu tak heran, kalau setiap hari libur atau libur panjang, berbagai akses ke lokasi wisata selalu diwarnai dengan antrean kendaraan cukup panjang. Kendaraan wisatawan harus antre, karena ruas jalan di Ciwidey banyak yang tak terlalu lebar.

Bertahun-tahun, kondisi ini dialami oleh Wendiansyah bersama warga Desa Alamendah lainnya. Namun, semuanya berubah pada 2019. Semua warga di Desa Alamendah, tak hanya menjadi penonton kemacetan kendaraan wisatawan yang akan berwisata ke daerahnya. Tapi, semua warga bisa merasakan terlibat langsung menjadi pelaku wisata.  

"Dulu daerah kami sangat terdampak macetnya akses ke tempat wisata. Kalau libur mau berpergian kemana pun susah. Dengan adanya program desa wisata, sekarang warga bisa menjadi pelaku wisata," ujar Ketua Pengelola Desa Wisata, Wendinsyah kepada Republika.

Menurut Wendinsyah, masyarakat di daerahnya mayoritas berprofesi sebagai petani. Setelah ada desa wisata, semua warga jadi memiliki penghasilan dobel. Yakni, sebagai petani sekaligus pengelola wisata. Sehingga, warga memiliki penambahan penghasilan. Daya tarik wisata yang ditawarkan, adalah pertanian, peternakan, kesenian, wisata edukasi, tracking bersepedah dan lainnya.

"Potensi lainnya di desa wisata kami adalah ada agrowisata dan UMKM. Selain itu, ada rumah milik warga yang dijadikan homestay sekitar 43 sampai 45 homestay. Jadi, sebagian dari masyarakat menjadi pelaku wisata," katanya.

Wendiansyah menjelaskan, semua warga yang mengelola Desa Wisata Alamendah ada Surat Keputusan (SK)nya. Jumlah tim pelaku wisatanya ada 315 orang. Yakni, ada 9 pengelola, 45 orang guide, dan 65 homestay, pelaku kesenian, peternakan, dan UMKM. "Pelaku wisata di kami, tak hanya anak mudah saja tapi yang sudah sepuh juga dilibatkan. Orang tua berumur 50 hingga 60 tahun atau ibu-ibu mengelola home stay," papar Wendinsyah yang akrab disapa Wendi.

Terkait kunjungan wisata, Wendi mengatakan, tahun ini jumlahnya agak turun. Rata-rata, jumlah kunjungan wisata perbulan ke Desa Alamendah, sebanyak 300 orang. Pada umumnya, mereka berasal dari Jabodetabek, Surabaya dan wisatawan asing dari berbagai negara. Pengelola, membuat berbagai paket kunjungan wisata dengan tarif dimulai oleh Rp 175 ribu. 

"Alhamdulillah dengan adanya Desa Wisata ini sangat berdampak ke kehidupan warga disini. Karena secara ekonomi ada perputaran uang dengan adanya pembayaran. Mayoritas warga disini berprofesi sebagai petani  dan sekarang wisata jadi mata pencaharian jadi ada peningkatan pendapatan," katanya.

Menurut Wendi, semua keuntungan dari desa wisata ini 80 persennya diberikan ke masyarakat dan 20 persennya untuk pengelola. Rata-rata, setiap warga bisa mendapatkan tambahan penghasilan Rp 1 juta sampai Rp 9 juta perbulan. 

Selain bisa menambah penghasilan, kata dia, keberadaan Desa Wisata Alamendah ini pun bisa berdampak langsung. Terutama, akses jalan menjadi bagus baik ke lokasi wisata maupun akses ke home stay sering ada bantuan. Selain itu, banyak juga fasilitas CSR yang masuk ke desanya.

Salah satu pelatihan yang masuk ke desanya, kata dia, berasal dari PKM Unisba yang memberikan pelatihan soal desa wisata halal, pelatihan sumber daya manusia (SDM), dan kesiapan wisata halal. "Dengan adanya pelatihan, maka SDM wisata halal lebih siap, daya saing meningkat, branding dan semakin dikenal," katanya.

Wendi berharap, pelatihan ini bisa terus berkelanjutan dan melibatkan masyarakat lebih banyak. Sehingga, desa wisatanya bisa semakin dikenal. Sehingga, banyak wisatawan yang datang dan semakin banyak warga yang bisa mendapatkan pekerjaan. "Dengan adanya desa wisata, alhamdulillah bisa menyerap tenaga kerja jadi pengangguran di desa ini bisa berkurang," katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement