Senin 09 Oct 2023 15:08 WIB

Marak Depresi di Kalangan Mahasiswa, Psikolog Sarankan Bimbingan Konseling Rutin di Kampus

Akhir-akhir ini banyak kasus mahasiswa yang berakhir bunuh diri karena depresi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Gita Amanda
Depresi (ilustrasi). Konseling rutin untuk kalangan mahasiswa sangat diperlukan untuk menurunkan tingkat depresi di kalangan mahasiswa.
Foto: www.pixabay.com
Depresi (ilustrasi). Konseling rutin untuk kalangan mahasiswa sangat diperlukan untuk menurunkan tingkat depresi di kalangan mahasiswa.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Konseling rutin untuk kalangan mahasiswa sangat diperlukan untuk menurunkan tingkat depresi di kalangan mahasiswa. Psikolog Klinis Anna Surti Ariani menilai bimbingan konseling rutin diperlukan di kampus, apalagi akhir-akhir ini banyak kasus mahasiswa yang berakhir bunuh diri karena depresi.

"Perlu ada bimbingan konseling di kampus oleh yang terampil melakukannya supaya efektif dan betul membantu," ujar Anna kepada Republika, Senin (9/10/2023).

Baca Juga

Psikolog Klinis Kasandra Putranto menambahkan, masa remaja adalah masa yang sangat berat dan rentan akan depresi dikarenakan masa ini adalah fase penuh perubahan, baik anatomis, fisik, emosional, intelegensi serta hubungan sosial.

"Terlebih lagi bagi kebanyakan orang, menjadi mahasiswa adalah periode pertama dalam hidup mereka yang mereka harus jauh dari orang-orang dan lingkungan yang familiar bagi mereka. Perubahan tersebut lebih terasa yang membuat hidup terasa lebih berat," tutur Kasandra.

Ia memaparkan, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh mahasiswa yang dapat mengakibatkan stress tinggi hingga berpikir untuk bunuh diri. Di antaranya adalah keuangan, masalah dengan dosen, hubungan akademis, permasalahan dengan teman, masalah percintaan dan gangguan kesehatan.

Faktor yang dapat mempengaruhi orang untuk bunuh diri adalah tingkat depresi yang tinggi, kecerdasan emosi yang rendah tipe kepribadian dan minimnya dukungan sosial. "Umur mahasiswa memang beresiko untuk memiliki depresi, ditambah dengan stress tinggi dan kurangnya dukungan lingkungan. Hidup di lingkungan yang baru dapat menjadi alasan mengapa mahasiswa banyak yang akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup mereka," jelasnya.

Salah satu kampus yang menerapkan konseling rutin yakni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang memiliki program Konselor Sebaya. Konselor Sebaya merupakan program pendampingan psikologis oleh mahasiswa yang sudah diberi pelatihan konseling. Dengan demikian, mahasiswa yang mendapatkan pelatihan konseling dapat menjadi teman bercerita bagi mahasiswa yang memiliki masalah psikologis.

Wakil Rektor UMY Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK, Faris Al-Fadhat mengatakan, jika para mahasiswa yang akan menjadi Konselor Sebaya ini telah dilatih oleh konselor profesional bersertifikat agar dapat menerapkan praktik konseling dengan baik.

“Kami juga ingin meningkatkan kesadaran terhadap skema kejahatan yang semakin marak terjadi. Ini juga untuk menghindari mahasiswa terpapar pergaulan yang dapat memiliki dampak negatif bagi mahasiswa," jelas Faris beberapa waktu lalu.

Walaupun baru diresmikan, sudah ada 77 mahasiswa UMY yang terdaftar sebagai Konselor Sebaya. Bahkan mahasiswi baru UMY yang bunuh diri akibat depresi diketahui merupakan salah satu mahasiswa yang mengikuti konseling dengan Konselor Sebaya.

"Jumlah ini akan terus ditambah setiap tahunnya demi menjamin kenyamanan mahasiswa yang ingin menyampaikan persoalan," ujar Faris.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement