REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar telah mengadakan panggilan darurat dengan para pejabat Hamas untuk mencoba menegosiasikan kebebasan bagi perempuan dan anak-anak Israel yang ditawan. Pertukaran ini dengan imbalan pembebasan 36 perempuan dan anak-anak Palestina di penjara-penjara Israel.
Perundingan yang sedang berlangsung dilakukan Qatar melalui koordinasi dengan Amerika Serikat (AS) sejak Sabtu (7/10/2023) malam. Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut, negosiasi bergerak positif. Namun tidak ada tanda-tanda terobosan saat kedua belah pihak terus berupaya.
Qatar telah menghubungi para pejabat Hamas di Doha dan Gaza, setelah kelompok tersebut menyerang Israel dari Gaza, menyerbu kota-kota,dan melarikan diri dengan puluhan sandera. Jumlah pasti sandera perempuan dan anak-anak Israel yang ditawarkan Hamas dalam potensi pertukaran 36 tahanan perempuan dan anak-anak Palestina yang diidentifikasi kelompok Islam tersebut tidak jelas.
Rincian mengenai negosiasi yang berfokus pada pembebasan 36 warga Palestina dari penjara Israel belum pernah dilaporkan sebelumnya. Seorang pejabat Palestina yang akrab dengan upaya mediasi dengan Hamas dan Israel di masa lalu mengatakan, Qatar dan Mesir telah melakukan kontak dengan Hamas tetapi intensitas pertempuran membayangi potensi terobosan apa pun.
"Belum ada kesepakatan mengenai logistik atau mekanisme untuk pelepasan tersebut," ujar sumber yang telah diberitahu mengenai perundingan yang dipimpin Qatar.
Mesir telah melakukan kontak dekat dengan Israel dan Hamas untuk mencoba mencegah eskalasi lebih lanjut. Dua sumber keamanan Mesir menyatakan, pembicaraan yang berlangsung untuk memastikan perlindungan para sandera Israel.
Mesir telah mendesak Israel untuk menahan diri dan Hamas untuk menjaga tawanannya dalam kondisi baik agar tetap membuka kemungkinan deeskalasi segera. Namun serangan Israel di Jalur Gaza membuat mediasi menjadi sulit.
Israel terus melancarkan serangan balasan paling intensif yang pernah terjadi ke Gaza. Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan blokade Israel akan diperketat untuk mencegah makanan dan bahan bakar dibawa ke wilayah yang merupakan rumah bagi 2,3 juta orang.
Qatar memiliki jalur komunikasi langsung dengan Hamas. Utusan Qatar sebelumnya membantu menengahi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Meskipun basis kekuatan Hamas berada di Gaza, beberapa pemimpinnya berbasis di Qatar serta negara-negara Timur Tengah lainnya.
Negara itu juga baru-baru ini menjadi sorotan diplomasi global, setelah menjadi tuan rumah perundingan selama lebih dari satu tahun antara Amerika Serikat dan Iran. Kesepakatan kedua negara ini berujung pada pertukaran tahanan dan pencairan dana.