Rabu 11 Oct 2023 09:51 WIB

Memaknai Air Hujan Sesuai Kebutuhan Makhluk dalam Alquran Surat Al Muminun ayat 18

Surat Al Muminun ayat 18 menyebut hujan diturunkan dengan kebutuhan makhluk-Nya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Memaknai Air Hujan Sesuai Kebutuhan Makhluk dalam Alquran Surat Al Muminun ayat 18. Foto:  Hujan deras/ilustrasi
Foto: Flickr
Memaknai Air Hujan Sesuai Kebutuhan Makhluk dalam Alquran Surat Al Muminun ayat 18. Foto: Hujan deras/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beberapa pekan terakhir, cuaca di Indonesia semakin memanas. Minimnya hujan seolah memperburuk kondisi, yang kini berujung kekeringan di sejumlah lokasi.

Namun, BMKG memprediksi musim hujan akan segera datang. Diperkirakan pada akhir Oktober ini. 

Baca Juga

Dalam Islam, hujan bukan sekedar proses turunnya air dari awan ke Bumi. QS Al Muminun ayat 18 menyebutkan, hujan diturunkan sesuai dengan kebutuhan makhluk-Nya.

Surat Al-Mu’minun Ayat 18 berbunyi:

وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۢ بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّٰهُ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابٍۭ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ

 

Arab-Latin: Wa anzalnā minas-samā`i mā`am biqadarin fa askannāhu fil-arḍi wa innā 'alā żahābim bihī laqādirụn

Artinya: Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

Berdasarkan kitab Tafsir as-Sa'di karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, disebutkan makna 'Dan kami turunkan air dari langit' sebagai sumber rezeki bagi manusia dan binatang-binatang piaraan, sesuai dengan ukuran yang memadai.

Allah SWT tidak menguranginya, di mana air tidak mencukupi bagi tanah dan pepohonan, yang mana akibatnya tujuan untuk menyejahterakannya tidak terwujud. Allah SWT tidak pula menambahi dengan kadar yang tidak bisa tertampung, sampai meluluhlantahkan pemukiman, lalu tumbuh-tumbuhan dan pepohonan pun tidak bisa hidup.

Bahkan, air yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi ini selanjutnya diam dan menetap. Dari air tersebut, keluar berbagai pasangan tanaman (buah-buahan dan hasil tanaman lainnya) dengan kekuasaan Dzat yang menurunkannya.

Allah SWT juga mendiamkannya untuk dipersiapkan menjadi simpanan air tanah, tidak menggelontor ke bawah hingga tidak bisa di capai dan tidak bisa dijangkau dasarnya.

Dari kata-kata “Dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya,” mengungkapkan bagaimana Allah SWT memiliki kuassa untuk tidak menurunkannya, atau menurunkannya kemudian langsung lenyap ke tempat yang tidak bisa dicapai, maupun tidak terwujud tujuan penurunannyya.

"Ini merupakan peringatan dari Allah SWT kepada para hamba-Nya, supaya mereka bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan membayangkan musibah apa yang terjadi bila tidak ada," kata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di.

Hal ini sebagaimana firman-Nya, "Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".

Di sisi lain, dalam Tafsir Ringkas Kementerian Agama, disebutkan bahwa di antara bentuk pemeliharaan Allah SWT adalah menurunkan air tawar dalam berbagai bentuk. Hal ini mulai dari yang cair hingga butir-an es, dari langit dengan suatu ukuran bagi makhluk ciptaan-Nya.

Lalu, untuk memudahkan pemanfaatannya dijadikan air itu menetap dan tersimpan di bumi, yang mana Allah SWT pun berkuasa untuk melenyapkannya. Namun, hal ini tidak dilakukan karena rahmat yang diberikan kepada para makhluk.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement