Rabu 11 Oct 2023 21:13 WIB

Riset Kemenag: Lebih dari Separuh Muslim di Indonesia Belum Lancar Baca Alquran

Kemenag mendorong semua pihak tingkatkan kemampuan baca Alquran

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Membaca Alquran (Ilustrasi). Kemenag mendorong semua pihak tingkatkan kemampuan baca Alquran
Foto: Republika TV
Membaca Alquran (Ilustrasi). Kemenag mendorong semua pihak tingkatkan kemampuan baca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) merilis hasil Indeks Literasi Alquran Tahun 2023. 

Indeks ini dikeluarkan setelah melewati survei nasional selama 1-30 Juli 2023 dengan pengambilan sampel secara acak berjenjang, dengan tingkat kepercayaan 96 persen pada level bound of error 1 persen. 

Baca Juga

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap hasil evaluasi 10.347 responden di Indonesia, ditemukan bahwa hasil Indeks Literasi Alquran Tahun 2023 ada di angka 66,038. Ketua Tim Survei Potensi Literasi Alquran Masyarakat Indonesia, Farhan Muntafa, menjelaskan angka atau skor ini masuk kategori tinggi. 

Dia juga menyampaikan, responden mencapai kategori tinggi dalam hal mengenali huruf dan harkat Alquran dengan persentase 61,51 persen. Adapun kemampuan membaca susunan huruf menjadi kata, persentasenya adalah 59,92 persen. 

Sedangkan kemampuan membaca ayat Alquran dengan lancar yaitu 48,96 persen. Ini artinya, berdasarkan riset tersebut, ada sekitar 51 persen atau separuh lebih warga Muslim di Indonesia yang belum lancar dalam membaca ayat Alquran.

"Untuk membaca Alquran dengan lancar sesuai kaidah tajwid dasar dan tanpa kesalahan, mencapai kategori sedang, dengan persentase 44,57 persen. Masih terdapat 38,49 persen masyarakat Muslim di Indonesia yang belum memiliki literasi Alquran dengan baik pada kompetensi baca," jelasnya di kantor Kemenag Jl MH Thamrin, Rabu (11/10/2023).

irektur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Zayadi, mengatakan riset survei yang dilakukan ini menyajikan informasi menarik sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan di tahap berikutnya. 

Dia juga menyampaikan, dalam survei tersebut ditemukan beberapa fakta yang menjadi tantangan bagi pihaknya. 

"Misalnya layanan pengajian Alquran di beberapa daerah tertentu ini, ada sebaigan yang mereka tidak mendapatkan akses terhadap layanan itu. Ini yang saya kira ada di daerah-daerah terisolir, daerah-daerah terpencil. Karena itu, tentu ini menjadi perhatian bagaimana kemudian ada masifikasi," katanya. 

Zayadi menuturkan, pihaknya akan lebih masif lagi melayani masyarakat sampai ke daerah-daerah tertinggal, terluar dan terpencil. 

Baca juga: Golongan Ini Justru akan Dilawan Alquran di Hari Kiamat Meski di Dunia Rajin Membacanya

Hal ini untuk memastikan mereka mendapatkan layanan pendidikan dan pembelajaran Alquran ini. Mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat berikutnya. 

"Kita punya penyuluh agama Islam, yang tersebar di semua kecamatan, setiap kecamatan kita punya sekitar 8 sampai 10 penyuluh agama Islam. Kita juga punya qari-qariah, dan hafidz-hafidzah. Kita juga memiliki penceramah agama Islam, dan jaringan majelis taklim yang luar biasa banyaknya. Hampir 100 ribu jumlah majelis taklim," lanjutnya. 

Selain itu juga ada para penceramah yang tentunya perlu dilibatkan untuk menguatkan literasi Alquran kepada masyarakat di berbagai daerah. 

"Bahkan saat ini kawan-kawan seniman dan budayawan Muslim pun terlibat dalam literasi baca tulis Alquran. Karena itu, kita ingin merangkul ini semuanya sebagai aktor-aktor yang semuanya harus terlibat dalam rangka percepatan literasi baca tulis Alquran," katanya.  

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement