REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah diharapkan segera menetapkan standardisasi baterai kendaraan listrik. Sebab seiring percepatan penggunaan kendaraan listrik, akan banyak jenis baterai yang masuk di pasaran.
“Semakin banyak varian baterai yang masuk ke Indonesia akan membingungkan konsumen,” ujar founder National Battery Research Institute (NBRI) Prof Evvy Kartini dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/10/2023).
Menurut Prof Evvy, baterai beragam juga menyangkut kualitas. Sebagian besar masyarakat, lanjut dia, tidak memahami isi baterai. Masyarakat hanya bisa membacanya pada spesifikasi yang tertera di badan baterai. "Banyak baterai yang kita tak tahu dalamnya. Tahunya hanya berdasarkan spesifikasi tertulis. Ketika banyak under qualified, ini merugikan pengguna," jelasnya.
Prof Evvy juga mengakui bahwa baterai yang beredar di pasaran masih banyak yang tidak memenuhi spesifikasi. Fakta ini tentu sangat merugikan konsumen.
Tidak hanya itu, Prof Evvy juga menilai pentingnya kesepahaman mengenai swap station (pengisian) agar bisa digunakan secara bersama. Dengan demikian, konsumen tidak perlu memikirkan brand ketika hendak menggunakan kendaraan listrik. "Industri pun tidak perlu membuat swap station di semua tempat. Ini jauh lebih memudahkan industri dan konsumen," tegas dia.
NBRI sebagai independen institut, lanjut Prof Evvy, terus berupaya mempertemukan berbagai pihak yang berkepentingan dengan baterai ini. Misalnya dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk melihat sejauh mana penyusunan standardisasi baterai terkait performance dan safety. Juga dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) untuk lebih melihat bagaimana regulasi yang akan mendukung percepatan dari pada kendaraan listrik.
Menurut Prof Evvy, penggunaan baterai di Indonesia berkembang pesat. Namun ada persoalan yang harus segera diselesaikan, yakni kolaborasi antara semua pihak untuk mendukung industri baterai di Indonesia dan memudahkan konsumen atau pengguna kendaraan listrik.
Karena itu, NBRI bekolaborasi dengan BSN menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang bertemakan “The Urgency of Standarization for Battery & 2W-EV Ecosystem through Policy, Regulation, and Industrial Collaboration” pada Senin (9/10/2023). FGD dihadiri perwakilan 12 industri yang bergerak di bidang ekosistem baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.
Acara yang digelar di Kantor NBRI kawasan Puspitek BRIN, Bogor, Jawa Barat, tersebut telah berhasil mempertemukan antara regulator, pelaku industri, asosiasi serta badan riset, untuk membahas perkembangan kebijakan dan regulasi terkait standardisasi baterai untuk kendaraan roda dua di Indonesia.
Hadir sebagai pembicara Deputi Bidang Pengembangan Standar BSN Hendro Kusumo, Asisten Deputi Pertambangan Kemenkomarves, Tubagus Nugraha, dan Subkoordinator Sektor Industri Alat Trasportasi Darat Ditjen ILMATE Muhammad Ihsan.
Pada kesempatan tersebut, Hendro Kusumo memaparkan perkembangan regulasi yang sudah dilakukan di Indonesia. Melalui kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri baterai di Indonesia, standarsisasi untuk baterai khususnya kendaraan roda dua listrik, akan segera diterapkan. Ini penting untuk mengakselerasi penggunaan kendaraan listrik roda dua karena saat ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
“Perbedaan jenis baterai, port charging, juga spesifikasi, membuat pengguna merasa bingung dan tidak mau menggunakan kendaraan jenis listrik. Ke depannya, kita harus segera melakukan standardisasi, juga memastikan masyarakat sudah teredukasi untuk menggunakan kendaraan listrik,” kata Hendro menegaskan.