REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset dari 99 Group pada Oktober 2023, menunjukkan tren harga tahunan rumah yang mengalami kenaikan sebesar 2,5 persen pada September 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Senior VP Listing Business 99 Group Indonesia Faizal Abdullah melaporkan bahwa harga rumah di Kota Medan, Sumatera Utara menjadi yang tertinggi dengan jumlah kenaikan sebesar 8,8 persen, disusul dengan Denpasar 5,7 persen, dan Bekasi 5,3 persen.
“Jika dilihat dari segi indeks harga pada bulan ini, Medan mengalami pertumbuhan harga tertinggi di atas inflasi tahunan dibandingkan kota-kota besar lainnya di Indonesia, dengan capaian selisih mencapai 6,7 persen. Tentunya ini menjadi daya tarik potensial untuk menjadikan hunian di Medan sebagai aset investasi menguntungkan dalam jangka panjang,” kata Faizal melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Sepanjang semester I-2023, permintaan tipe properti di Medan masih didominasi rumah tapak sebesar 62,4 persen, rumah toko 12,3 persen, dan apartemen 12,1 persen.
Pengembangan komersial dan residensial di Medan secara umum terpusat di area selatan, sementara pada area utara menuju area Pelabuhan Belawan, mayoritas pengembangan merupakan kawasan industri dan logistik.
Ada lima kecamatan dengan permintaan tertinggi, yaitu Medan Kota (20,6 persen), Medan Sunggal (12,6 persen), Medan Johor (9 persen), Medan Selayang (7,9 persen), dan Medan Helvetia (7,9 persen). Adapun tiga kelompok pembeli potensial di Medan didominasi kelompok dalam rentang usia 18-24 tahun (30,5 persen), usia 35-44 tahun (24,2 persen), dan usia 25-34 tahun (22,7 persen).
Tiga kecamatan mencatatkan median harga yang lebih tinggi, yaitu Medan Sunggal (Rp1,09 miliar), Medan Kota (Rp954 juta), dan Medan Helvetia (Rp921 juta).
“Harapannya, Kota Medan semakin potensial seiring peningkatan akses ke kota lain, seperti Aceh, Parapat dan Sibolga, Duri dan Pekanbaru melalui jalur tol yang masih dalam tahap perencanaan dan konstruksi, mencakup rute Jalan Tol Tebing Tinggi-Parapat, Dumai-Tebing Tinggi dan Binjai-Langsa,” ujar Faizal.
Lebih lanjut, Faizal mengatakan Bekasi masih memimpin kenaikan harga kedua kalinya di Jabodetabek. Pasca peresmian Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek, harga tahunan rumah di Bekasi tercatat tumbuh sebesar 5,3 persen.
Dari aspek selisih pertumbuhan indeks harga dan inflasi tahunan, Bekasi juga memiliki selisih yang tinggi di Jabodetabek, yakni sebesar 2,9 persen. Disusul Tangerang (1 persen) dan Jakarta (0,1 persen).
“Pertumbuhan selisih secara positif di Bekasi menunjukkan bahwa nilai properti di wilayah ini mengalami kenaikan yang kuat dan tentunya ini menguntungkan pemilik properti sebagai aset investasi yang bertumbuh secara signifikan. Keberadaan LRT Jabodebek secara perlahan semakin mengangkat daya tarik kawasan Bekasi sebagai tempat tinggal atau investasi,” ujar Faizal.
Data 99 Group memperlihatkan, permintaan di Bekasi masih sangat didominasi pembeli potensial dari Jakarta yang tercatat sebesar 69,9 persen, area Bekasi itu sendiri (11,8 persen), Kuta (5,4 persen), dan Bandung (3,7 persen).
Dari sisi wilayah, peminatan di Medan Satria dan Pondok Gede sangat tinggi di rentang harga hunian Rp 400 juta-Rp1 miliar dan harga Rp 3-5 miliar.
Faizal menilai dua kecamatan tersebut terlihat menarik minat pasar menengah dan menengah ke atas. Sedangkan rentang harga hunian yang diminati di Bekasi Barat, Jati Asih dan Bekasi Utara cenderung menyasar kelas menengah dan menengah-bawah di kisaran Rp 400 juta - Rp1 miliar dan di bawah Rp400 juta.