REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ikut merespons tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh gerbong first class yang disebut bisa mencapai Rp 600 ribu untuk sekali perjalanan.
Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi, menuturkan, pada dasarnya besaran tarif akan sangat relatif tergantung dari kelas pelayanan yang diberikan. Tarif sebesar Rp 600 ribu bisa diterapkan karena memang disediakan untuk konsumen kelas atas seperti kalangan bos-bos besar.
"Tarif itu persepsi sih. Kalau Rp 600 ribu first class, kan kita menyasar bos-bos. Bos-bos memang mikir akses? Mikir waktu," ujarnya saat ditemui di Stasiun Halim, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Lebih lanjut, Dwiyana mengungkapkan, penghematan waktu yang diperoleh dari menggunakan Whoosh telah diakui. Perjalanan Jakarta-Bandung dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dengan kecepatan mencapai 350 kilometer per jam.
Ia pun mengaku sudah banyak penumpang yang menyampaikan setelah menaiki kereta cepat beberapa kali, sangat merasakan perbedaan waktu perjalanan dibandingkan moda transportasi darat lainnya.
"Ini kan sebagian ngomong ke saya ya. 'Pak, saya udah nyoba 3-4 kali kereta cepat nih. Kemarin naik mobil 3,5 jam. Jet lag katanya'. Itu namanya membuat mereka tergantung sama kita, yang semula kebutuhan jadi bergeser keinginan," ujarnya.
Seperti diketahui, kapasitas kursi dalam satu rangkaian sebanyak 601 kursi. Terdiri dari 555 kelas premium ekonomi, 28 business class, dan 18 first class. Gerbong first class terletak di gerbong paling depan dan paling belakang dengan masing-masing gerbong memiliki sembilan kursi.
Namun hingga saat ini, baik business class maupun first class masih belum difungsikan. KCIC masih melayani penumpang dengan kelas premium ekonomi yang tiketnya dihargai Rp 150 ribu hingga akhir November 2023 mendatang. Tarif itu setengah lebih murah dari yang semula diumumkan sebesar Rp 300 ribu.
Dwiyana pun mengungkapkan, KCIC berencana menerapkan tarif dinamis yang dapat berubah sewaktu-waktu sebagai bagian dari strategi pemasaran.
“Kita bisa pakai dynamic pricing. Seperti pesawat, kapan naik, kapan turun tergantung strategi perusahaan. Waktu offpeak, kita turunin. Waktu holiday season atau weekend, kita naikin. Biasa itu," katanya.