Senin 23 Oct 2023 05:58 WIB

Warga Mengaku Tahu Isu Israel, Tetapi Tetap Kunjungi McDonald's

Resto cepat saji McDonald's di Jakarta dan Tangerang tetap ramai pengunjung.

Ilustrasi gerai McDonald
Foto: Dok web
Ilustrasi gerai McDonald

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Haura Hafizhah

Warga Mustika, Kabupaten Tangerang, Banten, Kris (56 tahun) mengaku mengetahui persoalan McDonald's (McD) Israel dan merasa prihatin. Kendati demikian, dia mengunjungi restoran cepat saji McD Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, karena menemani cucunya yang tengah bersekolah di McKids Tigaraksa.

Baca Juga

"Saya tahu dan prihatin mendengar isu McD Israel," ujarnya saat ditemui Republika di McD Tigaraksa, Ahad (22/10/2023).

Kris mengaku membela Palestina. Bahkan, dia mengaku ikut berdonasi untuk Palestina yang dihimpun di komplek rumahnya. Terkait kedatangannya ke McD Tigaraksa hari ini, Kris mengaku sebenarnya dia jarang ke McD.

"Saya jarang makan di sini dan kalau ada acara saja. Kebetulan hari ini menemani cucu saya yang sekolah di McKids tempat ini," katanya.

Terpisah, Warga Mustika lainnya Renni (30) juga mengetahui persoalan McDonald's (McD) Israel. Renni mengaku jarang mengunjungi restoran cepat saji McD termasuk di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, dan kalaupun makan di sini karena menemani anaknya yang tengah bersekolah non formal di bawah McD Tigaraksa dan memberikan promosi es krim gratis, Ahad (22/10/2023).

"Sejujurnya saya tahu masalah McD Israel memberikan makanan ke tentara Israel tetapi saya jarang beli di McD. Jadi, hampir tidak pernah makan di sini," katanya kepada Republika.

Kendati demikian, anak Renni yang masih berusia 3 tahun mengikuti pendidikan bermain non-formal di McKids sejak 2 bulan terakhir. Di McKids, anak Renni yaitu Zain berinteraksi dengan teman-temannya dan kehadirannya di McD Tigaraksa hari ini hanya untuk menemani sang buah hati saja. 

"Kebetulan ada acara di sini dan mendapatkan promosi es krim cuma-cuma setiap dia pulang sekolah Ahad. Saya cuma iseng saja menemani anak, tidak serius, dan membawa persoalan McD Israel," katanya.

Setiap bulan, dia melanjutkan, di McKids juga mengadakan kegiatan di luar sekolah. Contohnya hari ini berkunjung ke Dinas Pemadam Kebakaran kemudian ke McD Tigaraksa untuk mengambil es krim gratis. Ketika ditanya apakah akan mengeluarkan sang anak dari McKids yang notabene bentukan McDonald's, Renni menggeleng. Alasannya karena anaknya memiliki kekurangan demam panggung yang membuat anak laki-lakinya lebih pemalu. 

"Kemudian, semenjak sekolah di McKids, anaknya (Zain) jadi lebih berani. Dia juga bisa bermain," katanya.

Jadi, Renni mengaku mendapatkan keuntungan. Apalagi, Renni bersyukur biaya pendidikannya relatif murah hanya Rp 60 ribu per tahun. Apalagi Renni mengaku anaknya juga tidak bisa menjadi siswa di sekolah lain karena usianya belum cukup untuk masuk pendidikan anak usia dini (PAUD) manapun karena usia minimalnya adalah 3,5 tahun. 

"Jadi, tidak ada pilihan lain," ujarnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement