Senin 23 Oct 2023 06:19 WIB

PBB: Jumlah Kematian di Gaza 84 Persen Lebih Tinggi Dibandingkan Perang 50 Hari pada 2014

Dalam konflik 50 hari pada 2014 sebanyak 2.251 warga Palestina dibunuh Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Jenazah seorang ayah dan anaknya yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, tergeletak di depan kamar mayat Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir Al-Balah, Ahad (22/10/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Jenazah seorang ayah dan anaknya yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, tergeletak di depan kamar mayat Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir Al-Balah, Ahad (22/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Jumlah orang yang dibunuh di Gaza sejak 7 Oktober mencapai 84 persen lebih tinggi dibandingkan jumlah total warga Palestina yang dibunuh dalam konflik 50 hari pada 2014.

Dalam laporan yang dirilis pada Jumat (20/10/2023), Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) mengutip Kementerian Kesehatan di Gaza yang mengatakan, sejak dimulainya perang pada 7 Oktober, sebanyak 4.137 orang telah meninggal dunia di Gaza, atau 84 persen lebih tinggi dibandingkan 2.251 warga Palestina yang dibunuh dalam konflik 50 hari pada 2014.

Baca Juga

Dalam laporan berjudul Permusuhan di Jalur Gaza dan Israel, UNOCHA mengatakan, ketika permusuhan memasuki hari ke-14 di Gaza, 352 warga Palestina lainnya terbunuh dalam 24 jam terakhir, dengan 60 persen korban adalah anak-anak dan perempuan.

“Sekitar 1,4 juta pengungsi internal (IDP) diperkirakan berada di Gaza, dengan lebih dari 544.000 orang berlindung di 147 tempat penampungan darurat (DES) yang ditunjuk oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dalam kondisi yang semakin mengerikan,” kata laporan UNOCHA.

Dilansir Anadolu Agency, laporan tersebut mengungkapkan bahwa 30 persen unit rumah di Gaza telah hancur atau rusak. Mengutip Kementerian Pekerjaan Umum di Gaza, UNOCHA mencatat penghancuran 12.845 unit rumah dan 9.055 unit rumah tidak dapat dihuni, pada tanggal 18 Oktober.  Sebanyak 121.000 unit rumah lainnya dilaporkan mengalami kerusakan ringan hingga sedang.

Laporan UNOCHA yang mengutip pihak berwenang Israel menyatakan, setidaknya 1.400 warga Israel dan warga negara asing telah terbunuh di Israel. Selain itu, setidaknya 201 orang telah ditawan di Gaza, termasuk warga Israel dan warga negara asing.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, sebelumnya mengumumkan pembebasan dua sandera untuk alasan kemanusiaan setelah mediasi oleh Qatar.  Sumber-sumber Israel juga mengkonfirmasi pembebasan mereka.

Perang di Gaza dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober. Serangan menngejutkan Hamas mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. 

Serangan tersebut merupakan tanggapan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel kepada warga Palestina.

Serangan mengejutkan Hamas membuat Israel kewalahan. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap Hamas di Jalur Gaza.

Israel melancarkan serangan udara secara membabi buta di Gaza. Mereka membombardir rumah warga sipil, tempat ibadah dan rumah sakit.

Israel juga telah memblokade Gaza dengan memutus suplai air, listrik, bahan bakar, dan makanan. Warga Gaza semakin terkepung dan terisolasi. Mereka juga tidak mempunyai tempat yang aman untuk berlindung. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement