REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lebih dari 700 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Gaza. Ini adalah jumlah korban tewas tertinggi dalam 24 jam sejak Israel mulai membombardir wilayah yang terkepung awal bulan ini.
Militer Israel pada Selasa (24/10/2023) mengeklaim telah menyerang lebih dari 400 target Hamas dan membunuh puluhan pejuang Hamas. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 5.791 warga Palestina, termasuk 2.360 anak-anak meninggal dunia dalam serangan Israel.
Sementara itu dalam 24 jam terakhir, sebanyak 704 warga Gaza telah dibunuh oleh Israel. Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf Al-Qidra mengatakan, ini adalah jumlah kematian tertinggi dalam 24 jam selama dua minggu pengeboman Israel.
Kontributor Aljazirah, Youmna ElSayed yang melaporkan langsung dari Gaza mengatakan, ribuan keluarga langsung mengungsi dan banyak puing-puing bangunan yang berserakan.
“Anda bisa mendengar suara drone dan jet Israel di langit. Semua orang mengatakan, semua orang merasa bahwa tidak ada lagi tempat yang aman di Jalur Gaza," ujar laporan ElSayed.
Para saksi mata dan pejabat kesehatan mengatakan, sebagian besar serangan udara menghantam bangunan tempat tinggal, beberapa di antaranya di Gaza selatan. Sebelumnya Israel meminta warga sipil untuk berlindung di Gaza selatan.
Satu serangan semalam meratakan sebuah bangunan tempat tinggal empat lantai di Kota Khan Younis. Sedikitnya 32 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka. Di Kota Gaza, sedikitnya 19 orang gugur ketika serangan udara menghantam rumah keluarga Bahloul. Menurut korban selamat puluhan orang lainnya masih terkubur di bawah reruntuhan. Para pekerja menarik setidaknya dua anak keluar dari gedung yang runtuh.
Selain membombardir wilayah tersebut, Israel telah memutus akses terhadap makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar. Lebih dari 40 pusat kesehatan telah menghentikan operasinya karena kekurangan pasokan bahan bakar, dan kerusakan yang disebabkan oleh pengeboman Israel.
Beberapa truk bantuan telah menyeberang dari Mesir ke Gaza sejak Ahad (22/10/2023). Namun PBB telah memperingatkan akan ada bencana kemanusiaan jika pengiriman bantuan tidak ditingkatkan secara signifikan.
“Bantuan yang dilanjutkan dari Mesir pada akhir pekan hanyalah setetes air dari apa yang dibutuhkan," ujar juru bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), Jeremey Laurence.
Konvoi bantuan yang masuk ke Gaza tidak memuat bahan bakar, karena Israel melarangnya. Bahan bakar sangat krusial untuk membantu menyalakan generator bagi rumah sakit dan kebutuhan lainnya di Gaza.
“Bahan bakar sangat mendesak karena tanpa bahan bakar truk tidak dapat bergerak. Tanpa bahan bakar, generator tidak dapat menghasilkan listrik untuk rumah sakit, toko roti, dan pabrik desalinasi air," ujar kata juru bicara Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Tamara Alrifai.