Senin 30 Oct 2023 12:26 WIB

Psikolog Ungkap Beberapa Alasan Seseorang Lakukan Bunuh Diri

Orang yang sedang dalam masalah membutuhkan kepekaan orang di sekitarnya.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Friska Yolandha
Bunuh diri/ilustrasi. Ada beberapa alasan mengapa seorang remaja mengakhiri hidup.
Foto: Max Pixel
Bunuh diri/ilustrasi. Ada beberapa alasan mengapa seorang remaja mengakhiri hidup.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Beberapa waktu terakhir, kasus bunuh diri pada remaja dan anak muda terus meningkat. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena mereka adalah calon penerus bangsa.

Dosen Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah mengatakan, banyak alasan mengapa mereka memilih untuk menyerah. 

Baca Juga

"Bisa saja menghadapi jalan buntu, kegagalan yang sudah tidak mungkin ditemukan jalan keluarnya, hingga hilangnya kepercayaan pada diri sendiri," katanya, Senin (30/10/202).

Menurutnya, Permasalahan yang membuat seseorang memilih untuk bunuh diri itu sangat beragam dan tidak bisa ditebak. Sejauh ini, kata dia, tidak ada psikolog yang membocorkan permasalahan yang diceritakan kliennya. 

Berdasarkan penelitian, ada empat hal yang menjadi permasalahan utama. Keempatnya mencakup permasalahan interpersonal, intrapersonal, keluarga, dan pendidikan. Permasalahan intrapersonal menjadi kasus yang paling banyak dialami oleh remaja. 

Sebuah penelitian menyebutkan sekitar 30 persen remaja mengalami permasalahan jenis ini. Intrapersonal berhubungan dengan jati dirinya sendiri, apa yang dipikirkan, nilai evaluasi diri, harga diri, dan bagaimana dia mengatasi konflik di dirinya. Sementara itu, interpersonal berhubungan dengan penerimaan informasi antar-dua orang atau lebih seperti hubungan pertemanan, keluarga dan lain-lain. 

Media sosial menjadi salah satu hal yang dapat memperkeruh keadaan. Jika merujuk pada penelitian yang disebutkan oleh dosen psikologi itu, penggunaan media sosial memiliki dampak bagi kesehatan mental. 

“Seringnya, saat kita terpuruk, kita cenderung akan mencari informasi yang relevan dengan kondisi kita saat itu. Artinya saat sedang bersedih, kita mencari informasi yang sesuai dengan kesedihan atau biasa kita sebut dengan kegalauan,” katanya.

Tak hanya itu, trauma masa lalu dan ketakutan akan masa depan juga dapat menjadi cikal bakal menyerahnya seseorang. Hudan menegaskan bahwa masa lalu tidak akan bisa diulangi kembali. Maka, manusia harus bisa memahaminya dan mencari cara untuk memperbaikinya di masa depan dengan evaluasi diri, melakukan pendekatan, dan berusaha agar hal tersbut tidak terulang kembali.

Orang yang sedang dalam masalah tentunya membutuhkan kepekaan orang di sekitarnya. Dibutuhkan sensivitas tinggi dari orang-orang terdekatnya untuk mengetahui apa yang sedang ia alami. Hal ini karena orang yang terlihat bahagia di depan itu bisa saja tengah mengalami masalah besar. 

Hudan mengatakan, mereka yang mengalami masalah biasanya ada perubahan dari sikapnya. Hal ini bisa dilihat dari cara berpakaian, produktivitas, atau yang lainnya. Maka, sebagai orang terdekat, salah satu pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang membutuhkan. Begitupun dengan memberikan dukungan, baik moral maupun materiil ke mereka.

“Merasa capek itu boleh, tapi jangan berhenti di capeknya. Harus bisa  menjadi lebih kuat. Memberi kekuatan bagi mereka yang akan menyerah. Perlu ada peningkatan kepekaan sosial. Jika kita saling menguatkan, Insya Allah kita bisa saling bantu mengatasi masalah,” kata dia menambahkan.

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement