REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk setelah digempur Israel tanpa henti selama tiga pekan terakhir. Penduduk Gaza yang jumlahnya lebih dari 2 juta tak hanya dikepung tetapi menjadi mangsa pengeboman.
“Gaza sekarang adalah neraka dunia,” ujar Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour ketika berbicara di sesi darurat Dewan Keamanan PBB membahas situasi di Palestina, Senin (30/10/2023), dikutip laman Anadolu Agency.
Dia menyampaikan, sejak Israel mulai melancarkan serangan ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, lebih dari 8.000 warga Gaza terbunuh. Lebih dari 3.000 korban jiwa berada di wilayah selatan. Padahal Israel memerintahkan penduduk Gaza mengungsi ke selatan jika enggan terdampak serangan.
“Angka mengejutkan ini terus meningkat setiap menitnya karena tindakan yang tertunda untuk menghentikan serangan gencar terhadap rakyat kami,” ujar Mansour.
Mansour mengungkapkan, saat ini separuh rumah hunian yang berada di Gaza telah rusak atau hancur akibat serangan Israel. Lebih dari 1,4 juta orang terpaksa mengungsi. Dia mengatakan, karena tak memiliki tempat tinggal, warga Gaza terpaksa tidur di mobil dan di jalanan.
Meski sudah dalam kondisi terkatung-katung dan tak berdaya, warga Gaza tak serta merta lepas dari bahaya. Menurut Mansour, tak ada tempat aman bagi penduduk di Gaza saat ini. “(Mereka) masih dibunuh ke mana pun mereka pergi,” ucapnya.
Mansour mendesak Dewan Keamanan PBB segera bertindak. Sebab warga Gaza menghadapi kematian setiap hari dan setiap malam. “Selamatkan mereka. Anggaplah mereka sebagai manusia,” ujarnya.
Israel masih terus melancarkan serangannya ke Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Senin lalu, jumlah warga Gaza terbunuh akibat agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 lalu telah mencapai sedikitnya 8.260 jiwa. Sementara korban luka melebihi 21 ribu orang.
Resolusi PBB Gagal Empat Kali