Rabu 01 Nov 2023 12:38 WIB

Kutuk Serangan ke Gaza, Kolombia Tarik Dubesnya untuk Israel

Presiden Kolombia aktif menyoroti aksi kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengecam Barat yang membela Ukraina mati-matian tetapi tidak membela Palestina
Foto: AP
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengecam Barat yang membela Ukraina mati-matian tetapi tidak membela Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA – Presiden Kolombia Gustavo Petro telah memutuskan menarik duta besar negaranya untuk Israel. Langkah itu diambil sebagai bentuk protes dan kecaman atas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

“Saya telah memutuskan untuk memanggil kembali duta besar kami untuk Israel untuk berkonsultasi. Jika Israel tidak menghentikan pembantaian terhadap rakyat Palestina, kami tidak dapat hadir di sana,” kata Petro lewat akun X resminya, Selasa (31/10/2023).

Baca Juga

Sejak dimulainya serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Petro aktif menyoroti aksi kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina. Dia termasuk pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan Israel ke Gaza. Setelah mengumumkan penarikan duta besar negaranya untuk Israel, Petro mengomentari sejumlah laporan media di platform X tentang serangan Israel ke Gaza.

Dia bahkan sempat mengunggah sebuah foto yang memperlihatkan belasan jenazah warga Palestina di Gaza dijejerkan di jalanan dengan kondisi sudah dibalut kain putih.

“Ini disebut genosida, mereka melakukannya untuk menyingkirkan rakyat Palestina dari Gaza dan merebutnya. Kepala negara yang melakukan genosida ini adalah penjahat kemanusiaan. Sekutu mereka tak bisa bicara soal demokrasi,” tulis Petro.

Sementara itu Bolivia sudah mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Bolivia menuduh Tel Aviv melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam serangannya di Jalur Gaza. “Bolivia sudah mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif serta tidak proporsional yang terjadi di Jalur Gaza,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Freddy Mamani dalam sebuah konferensi pers, Selasa lalu.

Mamani menambahkan bahwa Bolivia menyerukan gencatan senjata dan diakhirinya blokade yang mencegah masuknya pasokan makanan, air, dan elemen penting lainnya bagi kehidupan masyarakat Gaza. Pemerintah Israel belum memberikan tanggapan resmi atas keputusan yang diambil Bolivia.

Israel mulai membombardir Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu. Hingga Selasa lalu, jumlah warga Palestina di Gaza yang telah terbunuh akibat serangan Israel telah mencapai sedikitnya 8.485 orang. Lebih dari 3.000 di antaranya merupakan anak-anak. Sementara korban luka melampaui 21 ribu orang. Agresi Israel juga menyebabkan sekitar 1,2 juta penduduk Gaza terlantar dan mengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement