Rabu 01 Nov 2023 21:22 WIB

IPB University Fasilitasi Kesehatan Mental Mahasiswa Lewat Tim Bimbingan dan Konseling

Sejak 1971 IPB University telah memfasilitasi kesehatan mental mahasiswanya.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Gita Amanda
Rektor IPB University, Arif Satria, mengatakan konselor di Tim Bimbingan dan Konseling ini merupakan dosen dari perwakilan masing-masing departemen. (ilustrasi)
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Rektor IPB University, Arif Satria, mengatakan konselor di Tim Bimbingan dan Konseling ini merupakan dosen dari perwakilan masing-masing departemen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- IPB University menanggapi fenomena bunuh diri yang belakangan terjadi terhadap mahasiswa di beberapa daerah. Meski belum mencatat ada kasus bunuh diri, sejak 1971 IPB University telah memfasilitasi kesehatan mental mahasiswanya melalui Tim Bimbingan dan Konseling. 

Rektor IPB University, Arif Satria, mengatakan konselor di Tim Bimbingan dan Konseling ini merupakan dosen dari perwakilan masing-masing departemen. Selain itu, ada juga konselor sebaya yang merupakan perwakilan dari mahasiswa. 

Baca Juga

“Sejauh ini belum ada (kasus bunuh diri mahasiswa IPB). Kita punya kantor bimbingan dan konseling untuk antisipasi mental health (kesehatan mental). Ada konselor sebaya, artinya ada mahasiwa yang voluntir menjadi konselor tempat curhat temannya,” kata Arif kepada Republika, Rabu (1/11/2023). 

Arif mengatakan, pihak rektorat terus mendorong fungsi dari Tim Bimbingan dan Konseling ini. Salah satunya dengan menyiapkan fasilitas khusus, berupa ruangan konsultasi yang menjamin privasi mahasiswanya. Ruangan konsultasi khusus itu berada di Teaching Lab, Kampus IPB University Dramaga, Kabupaten Bogor. 

“Ya memang kita terus mendorong berfungsinya lembaga tersebut, dan telah menyiapkan fasilitas khusus berupa ruangan konsultasi yang menjamin privasi. Kita mengimbau mahasiswa agar memanfaatkan lembaga ini,” jelasnya. 

Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Melly Latifah, menjadi Koordinator Tim Bimbingan dan Konseling IPB University. Tim Bimbingan dan Konseling ini sudah berdiri sejak 1971, dan memiliki Surat Keputusan (SK) pertama pada 1974. 

Awal dibuatnya Tim Bimbingan dan Konseling ini berawal dari amanat Menteri Pendidikan saat itu, agar IPB melakukan semacam pilot project membuat program sarjana yang tadinya enam tahun menjadi empat tahun. Mahasiswa yang ada saat itu, kata Melly, tentunya harus beradaptasi. Terlebih banyak mahasiwa yang berasal dari luar Bogor, bahkan pulau Jawa. 

“Di situlah ada inisiasi untuk mendampingi mahasiwa baru ini, terutama yang memiliki masalah untuk beradaptasi dari SMA ke perguruan tinggi. Kemudian perbedaan culture (budaya) dan model belajar,” jelas Melly. 

Saat ini, kata Melly, jumlah konselor di Tim Bimbingan dan Konseling ada 95 orang yang merupakan dosen. Ditambah 37 konselor sebaya yang merupakan mahasiswa.

“Tugasnya apa? Intinya adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling yang orientasinya pada penanganan masalah psikologis, untuk mendukung peningkatan prestasi mereka. Baik yang sifatnya pribadi, kelompok. Khususnya yang sifatnya psikologis dan tidak dapat diatasi diri sendiri,” ujarnya.

Melly mengatakan, sama seperti konselor pada umumnya, mahasiswa yang datang untuk konseling akan diberikan rekomendasi  bagaimana memperoleh solusi untuk menghadapi masalahnya. Jumlah mahasiswa yang datang setiap harinya pun bervariasi dan tidak dapat diprediksi.

Namun, menurutnya kebanyakan mahasiswa yang datang ialah mahasiswa tingkat awal yang masih beradaptasi, dan mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan tugas akhir jelang kelulusan. “Kadang sehari bisa lima sampai enam orang. Belum yang berhubungan langsung dengan para konselor,” ucapnya.

Sebaran permasalahan yang dikeluhkan mahasiswa ke para konselor juga bervariasi. Melly menyimpulkan, sebagian besar di antaranya mengalami masalah akademik, kehidupan sehari-hari, masalah dengan teman, pacar, keluarga, hingga permasalahan ekonomi. 

Sebagai contoh, Melly menyebutkan, pada permasalahan akademik banyak mahasiwa yang mengambil Satuan Kredit Semester (SKS) terlalu banyak, hingga tidak bisa membagi waktu. Banyak juga mahasiwa yang mengalami masalah untuk beradaptasi, karena harus tinggal di asrama atau kos dan hidup sendiri.

“Tidak melulu yang mengalami gangguan mental. Sedikit malah yang gangguan mental, misalnya memang sudah ditangani dokter sejak sekolah karena misalnya dia mengalami bipolar, anxiety (kecemasan),” kata Melly. 

Ia menambahkan, ruangan khusus konseling ini ada di Teaching Lab Kampus IPB Dramaga. Ia pun menjamin bahwa apa yang disampaikan mahasiswa ke konselor, akan menjadi privasi dan tidak ‘keluar’ dari ruangan konseling.

“Di samping dosen juga bisa konseling di kantor departemen masing-masing. Ke depan kita memang harus ke ruangan yang mandiri, di luar gedung perkuliahan seperti klinik fisik,” ujarnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement