REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru memprediksi bahwa anggaran karbon yang dimiliki umat manusia akan 'habis' dalam enam tahun. Anggaran karbon tersisa dalam jangka waktu tersebut untuk menghindari pemanasan global lebih dari 1,5 derajat Celsius.
Istilah anggaran karbon merujuk pada jumlah maksimum emisi karbon (termasuk CO₂) yang dapat dilepaskan oleh manusia. Sumber emisi karbon adalah berbagai aktivitas manusia, terutama pembakaran energi fosil, dekomposisi limbah, dan pembangunan konstruksi.
Dikutip dari laman World Economic Forum, Kamis (2/11/2023), laporan yang mengulas anggaran karbon tersebut telah diterbitkan di Nature Climate Change. Para ilmuwan menyoroti bahwa tingkat emisi global saat ini adalah 40 gigaton (miliar metrik ton) CO₂ per tahun.
Para peneliti menyebut umat manusia hanya dapat mengeluarkan 250 gigaton CO₂ lagi. Jika dikonversi, artinya sekitar enam tahun. Namun, karena angka-angka dihitung sejak awal tahun 2023, batas waktunya sebenarnya bisa mendekati lima tahun.
Prediksi itu dinilai konsisten dengan studi yang diterbitkan oleh 50 ilmuwan iklim terkemuka pada Juni 2023. Hasilnya menampilkan pembaruan data iklim baru yang merupakan angka-angka penting yang dilaporkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada Agustus 2021.
Tim peneliti dalam studi terbaru merevisi anggaran karbon yang tersisa turun dari 500 gigaton yang dilaporkan oleh IPCC pada awal 2020. Beberapa dari revisi ini hanya bersifat penyesuaian waktu. Yang jelas, peneliti menyoroti tantangan utama dalam mengurangi emisi karbon, yaitu penghapusan bahan bakar fosil dan pengurangan polusi udara.
Selain CO₂, umat manusia juga mengeluarkan gas rumah kaca dan polutan udara lainnya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Berbagai upaya penurunan polusi udara diyakini akan berkontribusi lebih besar terhadap pencegahan pemanasan global.
Bagaimana pun, para peneliti menekankan bahwa banyak aspek dalam perkiraan anggaran karbon bukan sebuah hitungan pasti. Keseimbangan polutan non-CO₂ dalam skenario emisi di masa depan dapat berpengaruh terhadap sisa anggaran karbon serta interpretasi yang berbeda mengenai bagaimana iklim akan meresponsnya.
"Kami juga tidak tahu pasti apakah planet ini akan benar-benar menghentikan pemanasan jika emisi CO₂ nol. Rata-rata, bukti dari model iklim cenderung menunjukkan hal tersebut akan terjadi, namun beberapa model menunjukkan pemanasan besar terus berlanjut selama beberapa dekade setelah titik nol tercapai," ungkap para peneliti.
Faktor-faktor yang tidak pasti tersebut mendasari peneliti mengutip kemungkinan 50/50 untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius pada 250 gigaton CO₂. Penilaian yang lebih menghindari risiko akan melaporkan peluang untuk tetap berada di bawah 1,5 derajat Celcius dengan sisa anggaran karbon sebesar 60 gigaton, atau 1,5 tahun tingkat emisi saat ini.
Umat manusia hampir kehabisan waktu untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Meskipun para ilmuwan telah merevisi sisa anggaran karbon, pesan dari penilaian sebelumnya tidak berubah: pengurangan emisi gas rumah kaca secara drastis diperlukan untuk menghentikan perubahan iklim.
Tampaknya, kecil kemungkinan umat manusia bisa membatasi pemanasan global hanya hingga 1,5 derajat Celsius. Dengan berbagai buangan yang ada, tidak menutup kemungkinan suhu Bumi menjadi semakin panas dan panas di kemudian hari.
Salah satu risiko yang memicu titik kritis, seperti berkurangnya hutan hujan Amazon, terkadang membuat peningkatan suhu berlangsung tajam. Terlebih, menurut para peneliti, suhu 1,5 derajat Celsius bukanlah batasan yang sulit untuk dilampaui dan dapat terjadi kekacauan iklim.
Namun, para peneliti mengimbau agar tidak berputus asa. Setidaknya, jika kebijakan iklim benar-benar diterapkan di berbagai belahan dunia, mungkin upaya itu cukup untuk menahan pemanasan global tetap di bawah dua derajat Celsius.
"Dengan tindakan efektif terhadap pengurangan emisi karbon, umat manusia masih dapat membatasi puncak pemanasan global hingga 1,6 atau 1,7 derajat Celsius," kata mereka. Diharapkan pula suhu Bumi bisa dikembalikan supaya pemanasannya berkisar di bawah 1,5 derajat Celsius dalam jangka panjang.