REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heka Hertanto (Ketua Umum Artha Graha Peduli)
Sumpah Pemuda merupakan tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda merupakan sebuah pernyataan politik yang diucapkan oleh para tokoh pemuda serta merupakan sebuah kristalisasi semangat para pemuda untuk menegaskan sebuah cita-cita berdirinya sebuah negara bangsa yaitu negara Kesatuan Republik Indonesia. Peristiwa ini juga menjadi bukti kondisi politik di bumi Indonesia tidak bisa lepas dari perubahan-perubahan besar di bidang politik yang terjadi di dunia, terutama yang terjadi di benua Eropa.
Dunia pada sekitar 1920-an sedang mengalami banyak perubahan pascaberakhirnya perang dunia pertama dan meredanya wabah penyakit influensa besar yang dikenal dengan flu Spanyol. Perubahan tersebut ditandai dengan runtuhnya empat kerajaan besar di eropa yaitu kerajaan Jerman, Rusia, Austria-Hungaria dan Kesultanan Utsmaniyah di Turki dan digantikan oleh bentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
Seiring dengan runtuhnya kerajaan tersebut memunculkan semangat nasionalisme yang tinggi terutama di daerah-daerah kolonial jajahan negara-negara eropa di wilayah Afrika, Timur Tengah dan Asia. Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda di Asia Tenggara-pun tidak terlepas dari pengaruh meningkatnya gelombang nasionalisme tersebut.
Munculnya semangat nasionalisme di Indonesia telah muncul di awal abad ke-20 yang diawali dengan banyak munculnya organisasi-organisasi nasionalis yang bergerak di bidang ekonomi perdagangan, pendidikan dan kepemudaan. Sekitar awal tahun 1900-an Pemerintah kolonial Belanda mulai merintis pelaksanaan program modernisasi yang signifikan di bidang 1) Irigasi pertanian/perkebunan agar dapat menunjang peningkatan kesejahteraan dan menjamin hak hayat hidup di wilayah Hindia Belanda; 2) Program peningkatan pendidikan guna meningkatkan kualistas SDM dan mengurangi tingkat buta huruf di Hindia Belanda; 3) Kebijakan melaksanakan emigrasi/urbanisasi untuk memeratakan kepadatan penduduk di Hindia Belanda.
Program ini lebih dikenal dengan istilah Politik Etis atau Politik Balas Budi yang diterapkan atas desakan dari masyarakat Belanda atas kekejaman pemerintah Hindia Belanda saat melaksanakan kebijakan tanam paksa pada pertengahan tahun 1800-an. Kebijakan tanam paksa merupakan sebuah kebijakan yang diambil sebagai upaya pemerintah kolonial Belanda untuk mencegah kebangkrutan pasca terjadinya perang Napoleon di Eropa.
Perang Napoleon (1803-1815) berdampak yang signifikan pada Kerajaan Belanda. Setelah kekalahan Napoleon, Belanda kehilangan wilayah koloni/jajahan di luar Eropa dan dituntut oleh pihak pemenang perang untuk membayar ganti rugi. Perang Napoleon juga berakibat pada semakin menguatnya nasionalisme di Belanda dan mempercepat proses terbentuknya negara Belanda yang modern.
Saat ini situasi politik dunia masih terus berubah dan berkembang. Semangat para pemuda di tahun 1928 untuk mewujudkan sebuah negara yang bersatu, berdaulat dan merdeka masih tetap relevan dan memberikan inspirasi bagi generasi muda saat ini.
Para tokoh bangsa seperti Wage Rudolf Supratman, Muhammad Yamin, Soegondo Djojopoespito, Amir Syarifuddin Harahap, Soenario Sastrowardoyo, Djoko Marsaid, Sarmidi Mangoensarkoro, Rumondor Cornelis Lefrand Senduk dan R. Katjasungkana, rata-rata masih berusia sekitar 25 tahun pada saat itu. Mereka dengan semangat tinggi terus berusaha untuk mewujudkan perubahan besar bagi nasib Bangsa Indonesia agar tetap mengikuti perkembangan dunia.
Pada 14 Februari 2024 Indonesia akan menyelenggarakan sebuah kegiatan pesta demokrasi yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, yaitu pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, anggota dewan perwakilan rakyat baik ditingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota. Peristiwa ini menjadi penting karena akan menentukan nasib bangsa Indonesi untuk kurun waktu lima tahun ke depan.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Pemilu 2024 akan didominasi oleh sekitar 53-55 persen (±107 Juta orang) dari total jumlah pemilih merupakan pemilih muda yang berusia maksimum 40 tahun. Pemilih usia muda ini menjadi garda terdepan untuk mengemban tugas yang berat yaitu menjadi pemilih sebagai perwujudan bentuk perjuangan menuju Indonesia lebih maju.
Terdapat 24 partai politik dengan 3 pasang calon Presiden dan Wapresnya serta ditambah dengan ratusan Pasangan calon pemimpin daerah yang akan mengikuti Pemilu 2024. Mereka akan bersaing untuk menjadi pemenang dengan mengajukan pemikiran dan ide yang berbeda dalam membentuk Indonesia yang berbeda di masa depan.
Di tengah ramainya perbedaan ini pesan yang harus digarisbawahi ialah meredam rasa yang mengakibatkan bermusuhan. Sebaiknya kita saling menggunakan momentum pesta demokrasi untuk mewujudkan kebahagiaan bersama, bersatu padu (walau beda pilihan) dengan sehat dalam beradu gagasan untuk Indonesia kedepan yang lebih baik.
Seperti yang pernah diikrarkan pada 28 Oktober 1928, Indonesia dibangun dari perbedaan yang juga menjadi kekuatan bangsa Indonesia. Perbedaan-perbedaan yang dipersatukan, menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang kokoh.
Esensinya adalah kita tetap bertumpah darah yang satu, tumpah darah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan Berbahasa persatuan satu, yaitu Bahasa Indonesia.
Generasi muda harus terus mengejar prestasi dan berkompetisi secara sehat. Yang terpenting adalah badan sehat, pikiran sehat, prestasi yang sehat, maka berkompetisi pun akan sehat. Berbeda itu biasa, tetapi bersatu untuk menjadi luar biasa adalah yang semestinya.
Majulah pemuda-pemudi Indonesia, bersatulah pemuda-pemudi Indonesia. Songsong masa depan gemilang, di pundak kalian Indonesia ini akan menjadi negara digdaya, menuju Indonesia emas 2045. Selamat hari sumpah pemuda ke 95 Tahun!