REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Anggota Dewan Keamanan (DK) PBB berkumpul pada Senin (6/11/2023) dalam sidang tertutup untuk mengatasi situasi di Gaza di tengah bombardemen Israel yang masih berlangsung.
Dewan tersebut yang bertemu atas permintaan Uni Emirat Arab dan Cina, mengadakan sidang darurat untuk keenam kalinya sejak 7 Oktober, ketika kelompok Hamas Palestina meluncurkan serangan dadakan terhadap Israel.
Ke-15 anggota dewan akan mendapatkan pengarahan dari Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffith dan Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland.
Sebelum sidang, Michel Xavier Biang, perwakilan Gabon di PBB yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan, membuat pernyataan kepada media mengenai ketidakmampuan DK mencapai kesepakatan.
Biang mengatakan persaingan antara negara adidaya menjadi salah satu masalah utama, sementara lainnya adalah ketidakmampuan mencapai konsensus. Dia menekankan bahwa negaranya mendukung gencatan senjata segera. Bulan lalu, empat rancangan resolusi mengenai Gaza diveto di Dewan.
Israel telah meluncurkan serangan udara dan darai di Jalur Gaza setelah serangan dadakan lintas penjuru oleh Hamas pada 7 Oktober. Akibatnya 10.022 warga Palestina tewas, yang mencakup 4.104 anak-anak dan 2.641 perempuan dalam pengeboman Israel di Jalur Gaza.
Sementara 159 warga Palestina juga tewas dan 2.250 lainnya mengalami luka oleh pasukan Israel yang menyerang di Tepi Barat pada waktu yang sama. Sementara korban jiwa di pihak Israel mencapai 1.600 jiwa menurut angka resmi.