Kamis 09 Nov 2023 08:49 WIB
Sebulan Genosida Gaza

Genosida Gaza dan Melambungnya Kesadaran Boikot Israel

Gerakan BDS terhadap Israel sudah lahir jauh sebelum pecahnya perang terbaru di Gaza

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Peserta membawa poster boikot McD saat mengikuti aksi damai Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (21/10/2023). Aksi damai bantu Palestina kali ini diikuti oleh pelajar, santri, dan mahasiswa di Yogyakarta. Pada aksi ini mereka mengutuk kebiadaban Israel usai mengebom rumah sakit yang menewaskan 500 warga Palestina. Selain orasi juga dilakukan penggalangan dana bantuan dan ditutup dengan doa bersama bagi rakyat Palestina.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Peserta membawa poster boikot McD saat mengikuti aksi damai Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Sabtu (21/10/2023). Aksi damai bantu Palestina kali ini diikuti oleh pelajar, santri, dan mahasiswa di Yogyakarta. Pada aksi ini mereka mengutuk kebiadaban Israel usai mengebom rumah sakit yang menewaskan 500 warga Palestina. Selain orasi juga dilakukan penggalangan dana bantuan dan ditutup dengan doa bersama bagi rakyat Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Selama sebulan terakhir, seruan untuk memboikot produk-produk Israel, termasuk perusahaan-perusahaan yang mendukung aksi militer negara tersebut di Jalur Gaza, merebak di berbagai platform media sosial, terutama X (Twitter). Seruan itu mencuat seiring kian brutalnya agresi tanpa pandang bulu Israel ke Gaza, wilayah yang telah diblokadenya selama 16 tahun terakhir. Dalam sebulan agresinya (7 Oktober-7 November 2023), Israel telah membunuh lebih dari 10 ribu warga Gaza, termasuk di dalamnya 4.200 anak-anak.

Khusus di Indonesia, perang terbaru Hamas dengan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gerakan boikot Israel untuk membantu rakyat Palestina. Mereka pun mulai familiar dengan istilah boikot, divestasi, sanksi (BDS).

Baca Juga

Pada 30 Oktober 2023, akun X Gerakan BDS di Indonesia (@GerakanBDS_ID) sempat mengunggah identitas sejumlah perusahaan yang perlu menjadi sasaran boikot karena mendukung Israel. Perusahaan seperti Starbucks, McDonald’s, Domino’s Pizza, Pizza Hut, Burger King, HP, Puma, dan Carrefour termasuk di dalam daftar.

Banyak warganet di Indonesia yang mendukung gerakan boikot Israel kemudian menggencarkan ajakan agar beralih menggunakan atau membeli produk lokal. Selain akan membantu masyarakat Palestina, langkah itu dipandang bakal memberi angin segar bagi para pelaku UMKM Tanah Air. 

Akar Gerakan BDS

Gerakan BDS terhadap Israel sudah lahir jauh sebelum pecahnya perang terbaru Hamas-Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Gerakan BDS tercetus pada Juli 2005 dan dikoordinasikan oleh Palestinian BDS National Committee (BNC). Ketika kampanye BDS pertama kali diluncurkan, terdapat lebih dari 170 organisasi non-pemerintah Palestina yang berpartisipasi di dalamnya. 

Lewat situs resminya bdsmovement.net, BNC menjelaskan bahwa para penandatangan seruan BDS mewakili tiga komponen utama rakyat Palestina. Mereka adalah para pengungsi di pengasingan, warga Palestina yang tinggal di bawah pendudukan di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan warga Palestina yang didiskriminasi di negara Israel.

“Upaya untuk mengkoordinasikan kampanye BDS, yang mulai berkembang pesat sejak seruan tersebut diumumkan pada tahun 2005, mencapai puncaknya pada Konferensi BDS Palestina pertama yang diadakan di Ramallah pada bulan November 2007. Dari konferensi ini muncullah Komite Nasional BDS (BNC) sebagai badan koordinasi Palestina untuk kampanye BDS di seluruh dunia,” tulis BNC di situs bdsmovement.net.

BDS terinspirasi oleh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Tujuan utama kampanye BDS adalah memberi tekanan kepada Israel agar mengakhiri pendudukannya atas Palestina. Jalur pertama yang ditempuh adalah melalui boikot, yakni melibatkan penarikan dukungan terhadap Israel dan perusahaannya yang terbukti melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyat Palestina. Lembaga olahraga, budaya, kesenian, serta akademik Israel turut menjadi sasaran kampanye pemboikotan. 

Jalur kedua adalah divestasi, yakni mendesak bank, dewan lokal, termasuk universitas, untuk menarik investasinya dari semua perusahaan Israel, termasuk perusahaan-perusahaan internasional yang terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap rakyat Palestina. Sementara sanksi merupakan kampanye yang bertujuan mendesak pemerintah memenuhi kewajiban hukumnya untuk meminta pertanggungjawaban Israel. Dalam hal ini, para aktivis BDS juga akan menuntut pemerintah masing-masing agar mengakhiri transaksi perdagangan dengan Israel.

Terdapat tiga tujuan utama dari gerakan non-kekerasan BDS....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement